Omar Khayyam, Sang Jenius dari Iran

Vien Dimyati
http://www.jurnalnasional.com/

SOSOK Omar Khayyam dalam khazanah sastra Timur Tengah merupakan satu nama dari sekian banyak sastrawan klasik yang paling banyak dikenal. Ia memiliki keahlian dalam menuliskan bait-bait puisi. Bahkan, ia memiliki karya monumental: Rubaiyat.

Nama lengkapnya: Ghiyath al-Din Abu’l-Fath Umar ibn Ibrahim Al-Nisaburi al-Khayyami. Ia lahir di Khorassan, Iran, pada pertengahan abad ke-11. Keadaanlah yang membuatnya mampu mendayagunakan segala potensinya. Peristiwa-peristiwa politik pada masa itu memainkan peran penting dalam kehidupannya.

Dalam situasi politik yang tak stabil itulah Khayyam menjalani hidup. Hidup yang begitu susah, kecuali mereka punya hubungan dekat dengan penguasa. Pada periode itu, ia bahkan mengenalkan sebuah karya yang menyangkut kajian Aljabar.

Kemampuan Khayyam tak hanya itu. Ternyata ia juga punya keahlian dalam kajian astronomi. Tahun 1070, ia meninggalkan Khorassan menuju Samarkan di Uzbekistan. Di tanah rantau ini, ia beruntung memiliki hubungan erat dengan seorang petinggi, tepatnya seorang hakim, Abu Tahir namanya. Berkat pertemanan ini, ia mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

Tak lama berselang, lahirlah karya monumental di bidang aljabar: Treatise on Demonstration of Problems of Algebra. Ini penyempurnaan kajian aljabarnya ketika masih di Khorassan. Waktu itu, ia belum 25 tahun.

18 tahun lamanya ia mengaktulisasikan diri. Situasi politik yang amanlah yang membuatnya mampu berbuat banyak. Ia berhasil membuat tabel astronomi dan melakukan perubahan pada perhitungan kalender pada 1079. Khayyam menghitung masa satu tahun adalah 365,24219858156 hari. Banyak ilmuwan berkomentar atas prestasinya yang cemerlang ini.

Ia mampu menghasilkan penghitungan yang memiliki tingkat akurasi tinggi. Sebab penghitungan pada masa sesudahnya ternyata tak banyak berbeda. Para astronom pada akhir abad ke-19 menyatakan, satu tahun adalah 365,242196 hari. Sedangkan hitungan terkini satu tahun: 365,242190 hari. Jadi, tak beda jauh dengan hitungan yang telah dilakukan Khayyam berabad-abad sebelumnya.

Sayang pergolakan politik terjadi lagi. November 1092, Malik Syah yang memberikan keleluasaan pada Khayyam meninggal. Di sisi lain Khayyam diserang kaum Muslim sendiri. Mereka menganggap apa yang dilakukannya tak sejalan dengan keyakinan Islam.

Namun ia memiliki kemampuan lain, menuliskan puisi yang menggambarkan jalan hidup yang dilaluinya. Ia menuliskan perasaannya saat diserang saudara seiman dalam karyanya, Rubaiyat.

Karyanya kini masih tersimpan di negeri kelahirannya, Iran. Melalui puisi pula ia mengingatkan kepada masyarakat bahwa para pendahulu di Iran merupakan orang-orang terhormat. Mereka selalu memberikan ruang luas bagi semua karya ilmiah.

Tak lama memang Khayyam merasakan kungkungan dalam mengembangkan kemampuannya dalam bidang ilmiah. Seperti masa sebelumnya, ia mencari tempat yang aman untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya. Ia meninggalkan Isfahan menuju Merv (Turkmenistan).

Kajian matematika ternyata menjadi titik perhatiannya masa itu. Ia menelurkan sebuah pemecahan tentang persamaan kubik. Temuan itu membuatnya menjadi panutan para pakar matematika setelah masanya.

Laiknya sebuah keadaan, masa juga memiliki ujungnya. Hidup Khayyam pun secara alamiah memiliki akhir. Allah SWT menentukan batas hidupnya pada akhir abad ke-12. Namun tokoh jenius dari Iran ini meninggalkan sederet karya monumental yang patut dibanggakan.

Leave a Reply

Bahasa ยป