Yurnaldi
oase.kompas.com
Kehebatan Putu Wijaya bermonolog, memang tak ada duanya. Lebih hebat lagi, dalam monolog berjudul Burung Merak, yang ditampilkan Rabu (4/11) di Wisata Makanan Food City, Jakarta, pimpinan Teater Mandiri itu mampu menghidupkan pemikiran-pemikiran almarhum WS Rendra dalam posisinya sebagai empu demikian Rendra memposisikan diri seniman di depan penguasa, ketika ia mendapat Anugerah Seni dari Dewan Kesenian Jakarta, tahun 1975.
… Aku tidak ikut menjadikan kamu dongeng. Bagiku kau sebuah buku pelajaran. Kau memang empu yang tinggal di atas awan yang bertugas seperti polisi lalu lintas pada kebijakan penguasa. Kau juga kawan bercanda di warung samping rel kereta api mendengarkan celoteh para pembual. Tapi kebesaranmu juga musuh, yang harus dilewati oleh seorang kalau ingin berhasil. Seperti yang pernah kau bilang, mengagumi dan menghargai tak boleh sampai menghilan gkan sikap kritis, demikian antara lain Putu Wijaya dalam monolognya.
Menurut Putu, keberanian Rendra melawan kekuasaan yang mencengkeram kebebasan berekspresi, berpendapat dan memilih pandangan, usahanya untuk mempertimbangkan kembali tradisi yang sudah terkontaminasi, ajakannya untuk gagah dalam kemiskinan, pantang menyerah, serta memilih sudut pandang baru, sering terlupakan.
Hal ini terjadi, lanjutnya, karena dokumentasi dan pengkajian sejarah merupakan sesuatu yang rentan dalam kehidupan kini. “Karena itu, Teater Mandiri mencoba menghidupkan pemikiran-pemikiran almarhum dalam pertujukan monolog (dan baca puisi),” ujarnya.
Monolog Burung Merak yang tampil di 11 kota di Jawa dan Bali itu, terdiri dari 3 bagian. Ada pembacaan beberapa sajak Rendra (Ucok Hutagalung, Imam Soleh, Alung Seroja, Bei, Kardi, Tanty, dan Gleng Sanjaya). Ada monolog Burung Merak, yang menceritakan tentang beberapa p emikiran Rendra yang mendasar. Dan ada monolog Merdeka/ raksasa/ Zetan/Bumi Tersedu/Poligami yang mendapat inspirasi dari pemikiran-pemikiran itu.
Putu menjelaskan, monolog ia pilih sebagai jalan terbaik agar dapat bergerak cepat, murah, dan ringan serta akrab , karena bukan hanya Jakarta, tapi anak muda di seluruh Indonesia yang merupakan target kepedulian Teater Mandiri.
Roadshow Monolog Burung Merak Teater Mandiri berlangsung di Bandung (8/11), Pekalongan (10/11), Semarang (11/11), Kudus (12/11), DI Yogyakarta (14/11), Solo (15/11), Surabaya/Unair (17/11), Mojokerto (18/11), Jombang (19/11), Metropoklis Apartemen/Srabaya (21/11), Universitas MaChung/Malang (23/11), Singaraja (25/11), dan pertunjukan berakhir di Teater Studio, TIM Jakarta (28/11).
***