Potret Lain Dunia Muslim

Taufik Suadiyatno*
http://www.jawapos.com/

TURKI adalah negeri muslim de?ngan paham sekuler, paham yang sudah dianut negeri itu sejak ma?sa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk. Meskipun 90 persen dari 70 juta jiwa penduduknya ada?lah musulman (muslim), Turki ter?lihat sangat berbeda dengan ka?um muslim di negeri-negeri se?kitarnya. Terutama dalam hal bu?sa?na. Mereka sangat kental de?ngan kesan ”kosmopolitan”. Ke??ba?nyakan berpenampilan se?per??ti orang Eropa. Kalau dilihat dari segi fisik, memang orang-orang Turki mirip orang Eropa.

Berbeda dengan negara-negara lain yang berpenduduk mayoritas mu?slim, saat bulan puasa di Turki, ke?dai dan kafe -bahkan hiburan ma?lam- tetap buka seperti biasa. War?ganya diberikan kebebasan un?tuk mengekspresikan diri. Namun, meski sekuler, Turki tetap me?nunjukkan ciri Islam yang bisa k?i?ta lihat pada fasilitas umum se?perti tersedianya musala (mescit, ba?ha?sa Turki). Presiden Turki Ab?dul?lah Gul dan Perdana Menteri Re?cep Tayyip Erdogan dikenal se?ba?gai muslim yang sangat ”santri”.

Hal unik yang juga bisa kita temukan di Turki adalah adanya atu??ran yang melarang wanita meng??gunakan jilbab di kantor-kantor pemerintahan dan perguru?an tinggi. Partai ”santri” yang merupakan partai milik presiden ter?pilih ingin mengamandemen un?dang-undang tersebut, tetapi mengh?adapi tantangan dari penja?ga sekuralisme, yaitu militer. Mi?li?ter Turki memiliki semacam hak veto dalam menjaga garis na?si?onalisme sekuler dan stabilitas.

Sekolah tidak istirahat pada wak?tu salat Jumat, tak terkecuali se?kolah madrasah. Dengan begitu, mu?rid-murid yang taat bergama ha?rus membolos dari sekolah agar da?pat menjalankan ibadah salat Jumat. Warga yang taat sedikit ter?obati dengan acara-acara TV pa??da bulan Ramadan. Sebab, se?ba??gian besar TV menayangkan acara-acara Ramazan (Ramadan) seperti ceramah agama dan acara keagamaan lain. Televisi-televisi itu juga menayangkan jadwal buka dan sahur.

Dalam buku ini, penulis juga meng?gambarkan bagaimana warga Turki sangat menghormati dan me?ngagungkan sosok Mustafa Ke?mal Ataturk yang dianggap se?bagai ”Bapak Bangsa”. Hal itu bi?sa dilihat dengan dibangunnya se?buah mausoleum yang sangat me?gah, tempat jenazah Ataturk di?baringkan. Setiap 10 November sekitar pukul 09.05, setiap warga Tur?ki diinstruksikan untuk meng?he?ningkan cipta karena pada wak?tu itulah Mustafa Kemal Ataturk me?ninggal. Sama seperti kita di In?donesia, setiap 10 November juga diperingati sebagai hari pah?lawan bagi bangsa Turki.

Kalau di Baghdad, Irak, kita me?ngenal kisah jenaka Abunawas yang hidup pada zaman Khalifah H?a?run Al Rasyid, di Turki juga hi?dup seorang sufi kocak bernama Na?sruddin Hoja. Banyak kutipan ki?sah-kisah lucu tentang Nasruddin Hoja disajikan penulis buku ini. Nasruddin Hoja memang men?jadi salah satu ikon bangsa Tur?ki. Namanya tersohor hingga Af?ghanistan, Iran, dan Uzbekistan. Pengaruhnya bahkan sampai ke dunia Arab.

Pada satu bab dalam buku ini, pe?nulis juga menceritakan kunju?ngannya ke tempat-tempat ber?seja?r?ah seperti gua legendaris As?ha?bul Kahfi, Aya Sofia (katedral yang kini jadi museum), ser?ta Istana Topkapi.

Pelukisan yang juga tidak kalah me?nariknya adalah berkaitan de?ngan negara Siprus. Negara itu ter?bagi menjadi dua bagian, yaitu Si?prus Turki dan Siprus Yunani. Di Siprus Turki terdapat sebuah masjid yang terkenal dan banyak dikunjungi turis asing. Bangunan masjid ini dahulu merupakan ka?tedral yang sudah beralih fungsi men?jadi masjid. Keaslian bentuk bangunannya tetap dipertahankan, hanya hiasan-hiasan dindingnya yang berubah.

Sama halnya di Turki, gaya dan pe?nampilan masyarakat Siprus Tur?ki sudah sangat Eropa. Namun, banyak juga wanita yang me?ngenakan jilbab walaupun ti?dak sebanyak di Turki. Peradaban Ero?pa lain yang sudah menjadi ba?gian hidup di Siprus adalah ka?sino dan judi. Bisa dibilang, me?ne??mukan kasino sama mudahnya dengan menemukan masjid. War?ga Siprus Turki tak bangga de?ngan keislamannya.

Pemandangan yang terlihat di Si?prus Turki berbeda dengan Si?prus Yunani (Republik Siprus). Di Si?prus Yunani, pengunjung tidak bi?sa menemukan bangunan-ba?ngu?nan masjid yang banyak seper?ti di Siprus Turki. Sebagai alat pem?bayaran, Siprus Turki mema?kai lira, sedangkan di Siprus Yu?na?ni menggunakan euro. Nama-na?ma toko menggunakan bahasa Yu?nani. Tetapi, karena bahasa Yu?nani dianggap terlalu sulit, digunakan juga bahasa Inggris.

Cerita tentang dua bagian Siprus ter?sebut disajikan dengan sangat menarik sehingga membuat pembaca penasaran dengan fenomena yang terjadi di negara itu.

Dalam kisah Tongkat Musa Ter?nyata Hanya Sebatang Ranting, di?ceritakan kemegahan istana sul?tan yang berisi penuh dengan ben?da-benda peninggalan sejarah. Ter?dapat logam kuning kemilau yang berbentuk tangan, mulai siku sam?pai jemari. Di katalog tertulis: ini adalah tangan Prophet John (Ra?sul Johannes) alias Nabi Yah?ya. Selain itu, ada juga benda yang terkait dengan tiga agama, yaitu Ya?hudi, Kristen, dan Islam. Ko?leksi tersebut berupa Tongkat Nabi Musa.

Membaca buku ini, kita mungkin bisa membandingkan perbeda?an gaya hidup masyarakat muslim di Turki dengan Indonesia. Inikah ga?mbaran wajah Islam yang diharapkan oleh dunia Barat?

Buku ini sangat penting, teruta?ma untuk menambah wawasan ki?ta tentang negara-negara Islam. Se?lain menyuguhkan cerita perja?lanannya yang mengesankan, pe?nulis juga memanjakan indra peng?lihatan pembaca dengan foto-fo?to yang bercerita tentang lokasi-lokasi eksotis di Turki dan Siprus yang dikunjunginya. (*)

*) Mahasiswa Unesa, dosen IKIP Mataram, NTB
Judul Buku: Santri Eropa
Penulis: Rohman Budjianto
Penerbit: Jaring Pena, Surabaya
Cetakan: Pertama 2009
Tebal: IV+216 halaman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *