http://jurnalnasional.com/
Kepada Emosi
datanglah padaku
ke dalam puisi yang ditulis sepi ini
aku ingin engkau bangunkan rumah
di dadaku yang kosong
engkau tata segala ruangnya
kamar tempat kebahagian terlelap
ruang tamu penyambut kesedihan
meja makan tempat berbagi kesepian
kursi-kursi diduduki cemas
sebuah dinding biru bagi haru
dan halaman luas, tempat
segala rasa berbaur bercampur di situ
isikan dengan kasih sayang
lagu kasmaraan menjatuhkan ketenangan
lagu patah hati dihapus cinta yang baru lagi
datanglah padaku
aku akan menerimamu
apa adanya, dengan berbagai keadaanmu
baik kupahami ataupun menggelisahkanku.
2009
Dalam Sepi
dalam sepi
bayanganmu menari
memejamkan mataku perlahan
lantas kemudian kau pergi
ditinggalkanya bulan, bintang dan kolam
malam yang sendiri
aku menolak masa lalu
meruntuhkan kata-kata
dalam sajak-sajakku
hati yang menoleh ke belakang
tak pernah sampai di tujuan
hati yang tak merelakan
tak pernah mengenal kegembiraan
dalam sepi
kata-kata bergeming
bulan, bintang dan kolam
serupa pertengkaran besar
dalam diam yang kekal.
2009
Petanda
aku tak pandai membacamu
sesederhana apapun dihadapanku
mulut, mata dan telinga
hanya mampu menangkap seadanya saja
aku tak pandai mendampingimu
sedekat apapun kau di sampingku
darah, angkasa dan alam semesta
bukan isyarat masa
juga ramalan yang menyembunyikan tuhan
kita jadikan sunyi sebagai kawanan
yang digembalakan setiap malam
kesedihan yang memahat berupa luka
juga kegembiraan berlumuran di gua-gua kegelapan
apa yang dilewati hanya direkam kenang
nama-nama dihapal untuk diucapkan
doa-doa terbang lantas harapan
tapi kita, tak kunjung paham
hanya menyaksikan
pergantian segala rupa
dari yang ada menjadi tiada
dari yang awal menjadi akhir.
2009
Mencintaimu Sangat Mudah
aku begitu mudah mencintaimu
membayangan kata-kata adalah tubuhku
lucu-lucu dan mengerumunimu
segala rupa menjadi tanda
waktu adalah tangan menujumu
cinta tak diucapakan musim
rindu tak dikabarkan angin
kutulisa sajak-sajakku
pada lembar ingatan
kukenangkan pada kesunyian
kupeluk erat-erat dengan gemetaran
malam mengasuhku di kegelapan
bintang-bintang mengerling
dari angkasa yang jauh
sampaikah cahaya itu padamu?
atau kau mau dengar pernyataanku?
-aku begitu mudah mencintaimu
2009
Kepada Hatimu
aku tak ingin punah
di kedalamanmu itu
meski hari berlanjut hari
mengubur yang lalu
meski pendatang menyesakkan
mengusik yang bertapa diam
aku tak ingin punah
di hatimu yang lapang
kau bersabar pada kenang
aku coba bersandaran dalam temaram
kita saling mengasingkan ruang
untuk dihuni yang tak terjamah
membuat duka nyaman tersimpan
merelakan kegembiraan tinggal di luar
aku tak ingin punah
karena keyakinanmu goyah
kita berbagi tempat yang ramah
aku di hatimu akan berkemah
kau di dalam hatiku kutunggu sampai betah
2009
Taman Partere
partere, aku adalah denyut jantungmu,
mengenang yang tak pernah berhenti
mengalir dari sungai masa lalunya sendiri
aku menyaksikan angin berhembus
dari arah yang tak tentu
menabuh segala pilu.
pohon, batu dan kolam diam
kubaca kalian dalam sajak-sajakku
yang tak kekal itu.
aku duduk menyapa mereka
mengira-ngira di mana luka sembunyi
dan sesekali daun-daun terjatuh
membawa peristiwa dari yang jauh
ranting-ranting tua patah
perlambang usia digerakan tuhan semesta
lantas semua rupa waktu
tak mampu meninggalkanku.
mereka bisu dan akan tetap seperti itu.
2009
Nyanyian Kekosongan
musim mengitari raga semesta
hari menandai mereka yang pergi
doa mengatarnya terkubur ingatan
perpisahan resiko pertemuan
rindu airmata memabukan
kenangan sumpah tak terucapkan
hujan kata-katamu tuhan
lautan melabuhkan kepada sayang
bumi dan langit pelukan panjang
sampai mereka menghilang
dalam gelap malam
sampai mereka saling
menghancurkan dalam kiamat
sampai mereka saling melunasi
dendam dan kebencian
aku tak pernah berhenti
melantunkan nyanyian ini,
kembalilah semua pada kekosongan belaka
2009
Larut Malam
– wia tatistika
mata hanya menangkap cahaya belaka
tempat segala warna berkumpul ada
suka, duka, gembira dan luka
beradu lalu mengaduh di malam buta
kedatanganmu aku terima
wajahmu mengetuk pintu yang terbuka
doa-doaku surat tak berlamat
biarlah kata-kata mengutus dirinya sendiri
kujamu kau dengan penuh gelisah
tangan tak sampai kemudian gemetar
jantung memanggilmu berdenyar
aku jaga kau dari kehancuran
puing kenangan kedukaan
tapi lamat-lamat tak tertahankan
engkau larut ke dalam hati
meski di hatimu sendiri
cinta menolak bersenyawa lagi.
2009