Republika Online
KEKAYAANKU HANYA BUKU DAN BUNGA
kekayaanku hanya buku dan bunga
apakah kamu sudah membeli mobil? tanyamu
buku-buku menjerit dari timbangan
bersamaan dengan akar kembang
yang dicampakkan di jalanan
entah karena perang, pesta perkawinan
atau sisa pemakaman
kupungut segala tanpa peduli nama
status keluarga, cacat atau bermahkota
sambil kuingat ceritamu
tentang perselingkuhan udara dan limbah kimia
yang melahirkan hujan api di semua ruang, di dapurmu
mendidihkan segala yang kau sentuh
bahkan saat kau tidur sekalipun.
kekayaanku hanya buku dan bunga
apakah engkau bahagia? tanyamu
seperti kata-katamu yang lengang
tanpa wajah, tak bernada, beralamat
aku dirajang-rajang huruf yang berloncatan
tanpa jeda tanpa tanda baca
yang lama ditawan daftar harga
di istana pasir bersama angin, kluwung
dan giris gerimis
yang tak pernah turun, di dapurmu
tapi, kekayaanku hanya buku dan bunga
kekayaanku hanya buku dan bunga
aku kangen. katamu
dan aku melamarmu dengan perpisahan
sambil terus mengumpulkan buku dan bunga
melamakan pertemuan kita
yang tak kunjung sampai!
solo, 29 maret 2006
APAKAH KAMU MASIH INGIN MENEMUIKU?
saat kecil, kami sekeluarga tidur bersama
tanpa listrik, dengan ibu dan ayah
di dalam rumah berlantai tanah.
jika turun hujan, kantuk urung datang
sebab atap seng ditabuh air langit yang tumpah
tak beraturan
apakah kamu masih ingin menemuiku?
sedangkan kutahu
kamu tak pernah singgah di tempat yang sama
kecuali saat pulang.
selalu berpindah
dari cahaya api ke lembab tanah,
basah hujan dan batas impian.
saat kecil, kami sekeluarga bekerja
masing-masing memiliki tugas yang berbeda
adikku menyiapkan kayu di tungku tak kunjung padam
perapian buat kakak,
yang menimba sumur hingga kering,
sebagai alasku menjemur air mata ibu di pembaringan,
sedang ibu menyisir kemarahan bapak
yang selalu memandang jendela berkabut
atau pintu berdebu
entah oleh asap, butiran air mata atau embun jelaga
apakah kamu masih ingin menemuiku?
dan berharap memungut kangen yang perwira
tumbuh di kedua lengan tak lempangku
atau di sepasang bengkok selangkanganku?
solo, april 2006
*) Lahir di Solo, 23 September 1967. Menyelesaikan studi di FISIP UNS tahun 1994. Menulis puisi sejak 1987, dipublikasikan di berbagai media massa. Puisi-puisinya juga terkumpul dalam Umpatan (Yayasan Satya Mitra, 1995, bersama KRT Sujonopuro) dan Cermin Buram (1996, bersama Gojek JS & KRT Sujonopuro). Tahun 2002 mengikuti Festival Puisi Internasional Indonesia 2002, tahun mengikuti Festival Puisi Internasional of the Road di Jerman. Kini tinggal di Jl Pelangi Utara III No 1, Solo 57127.