Hary Susilo
nasional.kompas.com
Rintisan pengabdianmu kepada bangsa
Laksana cerahnya bulan di malam senja
Keikhlasan batinmu membuat kami
Selalu memujimu dan meneladanimu
Para pejuangku,
Tokoh teladan paling terdepan
Contoh generasi-generasi pejuang bangsa
Yang haus akan kemerdekaan sebenarnya
Penggalan puisi berjudul “Kenangan Perjuanganmu” itu dibacakan Hanifa Maylasari (12) dengan penuh semangat menggebu. Luapan ekspresi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semarang itu menyedot perhatian para anak muda yang berada di sekitar panggung bernomor 34. Dan, seperti sudah diduga penampilannya, disudahi dengan riuh tepuk tangan.
Hanifa hanya salah satu dari sekitar 1.515 peserta Pemecahan Rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) 1.001 Puisi Anak Bangsa di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Kota Semarang, Senin (9/11) kemarin. Kegiatan yang terselenggara atas kerjasama Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro dan Dewan Kesenian Semarang ini diadakan untuk menyambut Hari Pahlawan.
Peserta yang terdiri atas siswa SMP, siswa SMA, mahasiswa, dan guru bergantian membacakan puisi di atas 45 panggung yang tersebar di setiap penjuru TBRS. Setiap panggung terdapat 30-35 peserta. Kegiatan ini mencatatkan rekor Muri dengan jumlah panggung terbanyak.
Terlepas adanya rekor Muri tersebut, Hanifa menyenangi adanya wadah pembacaan puisi seperti ini untuk menyalurkan minatnya terhadap sastra. Puisi yang dibacakannya pun dibuatnya sendiri sebagai bentuk apresiasinya terhadap pahlawan.
Syiva Aliva (12), siswa SMPN 22 Semarang, mengaku senang dapat mengikuti kegiatan membaca puisi bersama tersebut. “Bisa untuk menambah pengalaman,” katanya.
Syiva membacakan puisinya sendiri tentang bencana di Indonesia. Dia mengaku prihatin dengan kondisi bangsa yang terus-menerus didera bencana. Baginya, puisi dapat menjadi media untuk meluapkan ekspresinya tentang Indonesia.
Selain menumbuhkan kepedulian terhadap pahlawan, Guru Bahasa Indonesia SMPN 22 Semarang Sudarno menilai kegiatan seperti ini juga dapat digunakan untuk mengenalkan sastra kepada generasi muda sekaligus untuk menyalurkan minat berpuisi.
“Yang penting siswa bisa tergugah untuk mengungkapkan keluh kesah mereka melalui kata-kata terhadap situasi yang terjadi sekarang ini,” katanya.
Ketua Dewan Kesenian Semarang Marco Marnadi mengaku prihatin dengan mentalitas generasi muda sekarang terhadap nasionalisme. Unutk itu, kegiatan sastra ini diharapkan dapat meningkatkan kecintaan generasi muda terhadap tanah air. “Pembacaan puisi ini juga menjadi bukti bahwa sastra di Kota Semarang masih bergairah,” kata Marco.
Menurut Marco, bentuk kecintaan terhadap tanah air dapat diekspresikan melalui berbagai bentuk, salah satunya dengan membuat puisi dan membacakannya secara khidmat.
Hal itu juga yang dilakukan Hanifa dan Syiva. Dengan penuh penghayatan dan keikhlasan, mereka menyerukan perubahan yang lebih baik melalui puisi. Perubahan bagi tanah air yang mereka cintai?
***