Kingkin Puput Kinanti
http://www.surya.co.id/
Saat ini dunia sastra booming dengan karya-karya berbau feminisme. Dapat dilihat di toko-toko buku berjejer nama-nama pengarang perempuan yang telah melahirkan karya sastra yang fenomenal dan spektakuler.
Sebut saja Ayu Utami yang telah berhasil menerobos pakem-pakem dalam karya sastra klasik. Keberaniannya mengangkat tema yang dianggap tabu dan diungkapkan dengan bahasa yang lugas dan menantang, menyebabkan Ayu Utami mendapat sanjungan sekaligus cacian. Ada beberapa kalangan yang kurang setuju dengan apa yang disampaikan Ayu lewat karyanya.
Ada anggapan, sisi seksualitas yang ditonjolkan Ayu Utami akan mencemari dunia sastra. Namun ada pula yang memberikan dua jempol pada Ayu lantaran kekhasan karyanya yang ditampilkan secara apa adanya. Berbeda dengan Ayu Utami, Dewi Lestari lihai mengombinasikan antara sastra dan ilmu pengetahuan.
Dewi Lestari lewat ?Supernova?nya berhasil menyedot perhatian masyarakat dengan karya yang unik. Agaknya ia termasuk perempuan yang cerdas. Selain dua perempuan tadi, masih banyak penulis perempuan yang telah menyemarakkan dunia sastra kita.
Sebenarnya, penulis perempuan dalam dunia sastra sudah menampakkan keeksisannya sejak dahulu, yaitu setelah tahun 1930. Bahkan dibilang nama-nama penulis perempuan telah melimpah ruah. Hal ini wajar jika melihat kecenderungan kaum perempuan dalam kehidupan sehari-hari.
Kaum perempuan sangat senang bercerita kepada anak-anaknya sebelum tidur. Kaum perempuan yang kebanyakan berprofesi sebagai ibu rumah tangga, juga gemar membaca. Hal tersebut menjadikan kaum perempuan tidak mengalami kesulitan untuk menulis. Bahkan bisa dibilang kegiatan tulis-menulis bagi perempuan adalah kegiatan yang sangat erat dan dekat.
Pada mulanya, tulisan dari penulis perempuan adalah cerita-cerita yang sederhana. Tema percintaan banyak mereka pilih dalam menghasilkan karya. Pokok persoalan yang sederhana dan plot cerita yang datar menjadi pilihan mereka. Namun, seiring perkembangan zaman dan pemikiran manusia, tulisan penulis perempuan berkembang.
Penulis perempuan semakin kritis menanggapi fenomena yang terjadi di masyarakat. Tulisan bertema protes sosial menjadi pilihan yang menarik bagi mereka. Kecenderungan ini diakibatkan oleh semakin majunya tingkat kecerdasan kaum perempuan. Bahkan sastrawan Sapardi Djoko Damono mengatakan, masa depan novel dan cerpen Indonesia akan ditentukan oleh kaum perempuan.
Rasa kesepian, keterpurukan, penderitaan membuat perempuan semakin kaya dengan imajiansi. Ada beberapa pengakuan bahwa keterpinggiran perempuan di dalam masyarakat menyebabkan mereka harus mengungkapkan realita yang ada. Pada akhirnya, perempuan menulis dan berkarya untuk menunjukkan keeksisan mereka yang tidak hanya pandai di dapur, tetapi juga lihai mengolah kata dalam karya.
*) Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang.