Amy Lowell (1874-1925)

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=410

Amy Lawrence Lowell (9 Feb 1874 – 12 Mei 1925), penyair Amerika lahir di Brookline, Massachusetts. Keturunan cendekiawan, saudara lakinya Percivall Lowell ahli falak, dan A. Lawrence Lowell ketua Universitas Harvard, penyair James Russell Lowell sepupu dari kakeknya. Amy diasuh ibunya, yang peminat bahasa penggemar musik. Masa kecilnya sering melawat di Eropa dan Amerika, dikenal penyair sejak menyertai aliran magis yang dikembangkan Ezra Pound dan Richard Aldington di Inggris; mengutamakan pilihan kata tepat irama baru kebebasan memilih pokok pikiran, atau mementingkan kepadatan bersajak. Himpunan sajaknya Sword Blades and Poppy Seed (1914), Men, Women and Ghosts (1916), Can Grande’s Castle (1918), Pictures of the Floating World (1919), Legend (1921), Fir-flower tablets (saduran sajak-sajak Tionghoa diterjemahkan Florence Ayscough), What’s O’Clock (1925), East Wind (1926) Ballads for sale (1927). Menulis kritik antara lain Six French Poets (1915), Tendencies in Modern American Poetry (1921) dan A Critical Fable (1922). Studinya mendalam mengenai penyair Inggris John Keats, disamping puisi Tiongkok dan Jepang, yang mengesankan pengaruh padanya. Pemenang berbagai hadiah kesusastraan, antaranya Pulitzer Prize (American arts award). Amy eksentrik kesehariannya, suka kasar, lancang mulut, perokok cerutu keras, dan memelihara banyak anjing.

AWAN MALAM
Amy Lowell

Kuda-kuda betina dari bulan memburu sepanjang angkasa
Memukul dengan tapak-tapak emas pada langit-langit kaca;
Kuda-kuda betina dari bulan semua tegak pada kaki belakangnya
Memukul gerbang porselin hijau dari langit-langit jauh.
Melayanglah, para kuda!
Kerahkan seluruh tenaga!
Deraikan debu bintang membima,
Kalau tidak, mentari -harimau sergap dan binasa kamu
Dengan sekali jilat lidahnya merah.

{dari buku Puisi Dunia, jilid II, susunan M. Taslim Ali, Balai Pustaka 1953}
***

Amy menempa puisinya, dengan kebebasan imaji bertalian nalar perasaan magis. Selaksa kaki-kaki kuda betina, atas bulan mengaduk relung angkasa.

Jika jantan dari terik mentari di sepanjang siang nanar, memukul tapak-tapak emas menghampiri purnama, mengejutkan langit kaca.

Magis alam dibenturkan hawa keseharian, sihir sengaja dipadukan menyusup kesadaran mutlak.

Aku bayangkan Amy ceplas-ceplos, tanpa laku penalaran lembut, hati kewanitaannya berasal keperkasaan berfikir.

Kuda putih bertanduk emas melayang di sepanjang malam, dengan ringkikan ganjil menakuti pendengar, menebahi gemawan.

Landasan rompal berguguran sekeping salju memecah kaca pencakar langit. Desas-desus berbayang-bayang ke alam anganan.

Jangkauan Amy mengubah warna menjelma gubahan tepat gemilang, mengandung arsip purba dibangunnya kelewat cadas.

Seperti pancangan nun jauh menyeruak taburan bebintang, pecahan porselin di istana keindahan.

Umpama terbangun mimpi setengah terjaga, keterkejutan penyimak diraih diteruskan, menggayuh ketinggian masa cemerlang.

Hampir mendekati persilangan abad timpang. Pahatan nilai tak teratur kombinasinya, mengalir seiring alunan diam. Membius bukan ganjil, namun mencipta makna kebaharuan.

Kuda melebur sepasukan gagasan ke medan peperangan berdaya aliran, sajaknya meraup ribuan pengertian para penyimak.

Lentikan kata rahayu memberi jutaan inspirasi, barangkali langkah ke sana segairah pergerakan.

Peradaban dinaungi langit-langit pengetahuan, cahayanya berkilau-kemilau meluas ke jagad kesatuan.

Di sini kedekatan penyair dengan filsuf, mengayak dunia atas kalimah memukau, berharap jaman keemasan bertaburan.

Lalu revolusi pemikiran meledak dari percikan bintang api, perenungan malam-malam ditelan dewa angkara siang.

Isyarat jelas kesadaran memperluas gema, mewarnai suara bersyair merekam peristiwa.

Pelbagai watak tercerabut dari asalnya, diandai bukan mengada. Kematangan pertimbangan, menghuni tanah dijanjikan.

Berayun-ayun kekekalan dan perubahan, kegelisahan tak habis bagi pencari, berlarut kepadatan waktu batu hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *