surabayapost.co.id
Jauh
jauh sebelum kau menaburi tamanku dengan bunga-bunga
airmata, aku telah merasakan ketakutan
yang menjamah tubuhku ini
dengan hati yang tak lagi seindah
senyuman di bibirmu
jauh sebelum kau meninggalkanku
pesakitan telah bersemayam di tubuhku,
di kepalaku, dan kau datang membisikkan
suara yang lirih di telingaku
karena kau takut kebohonganmu
didengarkan telinga-telinga di sekelingmu
Gemigil di Tuban
Kasri, kau menuai api yang
memanas, nian sungguh kau dekat dengan malang
air, genang, dan penyakit
datang menyapa dengan bertubi
mirip mendung yang tak kuat menahan air
dan menjadikannya hujan
sungguh ingin aku memelukmu Kasri
memeluk dengan iba
dan dentum yang menggema
membawa baju, sekardus mi instan, dan obat-obat
yang di jual murah di apotek-apotek
sungguh mereka tak
kasihan melihat Kasri, semua di telan dan
di masukkan kantong dengan diam-diam
dan mulai gusar ketika ATM di bobol beruntun
dengan manis dan sangat ritmis
mereka tak bisa tidur
tiap malam mengerang dan membayangkan uang
sampai mata mereka merah seperti
mata merah Kasri yang terundang
suara sumbang rumah, kasur, kursi, TV, semua terbawa
air,
Kasri, aku hanya mampu
menuliskan puisi, untuk melayangkan derita dan pergi tertiup angin
31 Januari 2010
Lelaki yang menari
ia datang dengan seutas senyum
dan memanggul tas hitam di pundaknya
tanpa bunyi ia menyapa lantai dengan
sepatunya.
dan dengan kacamata merah
ia duduk bersandar melahirkan anak-anak
yang akan membawanya pulang
pulang di awal bulan tanpa
oleh-oleh sebab upah belum kunjung keluar
lelaki itu tetap saja tersenyum
senyum dengan parfum yang
menyelimuti tubuhnya
membuat dirinya sewangi parfum
yang membawa angan gentayangan
“selamat malam, semoga air tak membuatku terlambat datang”
ujarku padanya malam itu
lalu aku pergi dan tinggal di dalam kata-kata yang tak
terpaksa di akhiri karena deadline koran yang harus terbit pagi.
31 Januari 2010
Akhmad Fatoni, lahir dan tinggal di Mojokerto.