Budhi Setyawan
http://budhisetyawan.wordpress.com/
Dalam acara dinas ke Semarang November 2008, saya telah rencanakan untuk silaturahmi dengan beberapa penyair Semarang. Namun rupanya banyak penyair yang tidak bisa bertemu. Mas Triyanto Triwikromo sedang sakit flu berat, sedangkan mas Handry TM dan Gunoto Saparie sedang ada pekerjaan yang sangat urgen berkaitan dengan deadline berkaitan dengan tugasnya di media. Akhirnya saya hanya bia bertemu dengan Timur Sinar Suprabana di Taman Budaya Raden Saleh. Bertemu di sebuah ruangan, kami mengobrol tentang beberapa hal tentang sastra. Juga pertemuan penyair di Solo beberapa waktu lalu, di mana saya tak hadir karena lagi banyak pekerjaan.
Sebenarnya tak banyak yang kami bicarakan karena waktunya malam. Karena ada urusan lain, mas Timur kemudian pamit pulang bersama istrinya yang kebetulan juga sedang datang ke TBRS. Namun dia telah memberikan sebuah buku antologi puisi terbarunya berjudul Sihir Cinta. Buku yang lumayan tebal untuk sebuah buku puisi itu banyak memuat puisi-puisi yang setelah saya baca, diam-dam dan pelan-pelan menyihir dengan pukau desah katanya. Setelah mas Timur pulang, datanglah Adin, seorang penyair muda Semarang yang juga komandan dari Komunitas Hysteria.
Komunitas ini menggalang beberapa anak muda di Semarang yang mempunyai minat besar pada sastra, serta pada dunia literer secara lebih luas. Komunitas ini sering mengadakan diskusi-diskusi dengan mengundang beberapa sastrawan, seniman/budayawan, tokoh, dll. Komunitas ini menerbitkan buletin juga. Meski buletin sederhana, namun semangat untuk komitmen dalam menjaga proses kreatif dan memberikan wahana buat tulisan atau apresiasi karya sastra patut diacungi jempol.
Kemudian Adin cerita bahwa telah beberapa kali mengadakan pertemuan penyair. Juga pentas sastra yang diadakan, malah sempat beberapa kali dalam setahun. Dan untuk urusan ini, dia dan komunitasnya lumayan sibuk dalam persiapan dan pelaksanaannya. Namun pertemuan dengan banyak penyair selalu memberikan kesejukan tersendiri. Seperti menyambungkan telaga-telaga yang terpisah lewat kanal atau sungai-sungai. Memang warna tetaplah masing masing, namun itu memberikan semacam kabel komunikasi bagi dunia batin. Salam gerilya!