Mahwi Air Tawar
kr.co.id
SEBAGAIMANA pernah disinggung dalam sebuah pertemuan oleh penyair Raudal Tanjung Banua dan cerpenis Joni Ariadinata. Bahwa, kini Yogya telah kehilangan penulis puisi yang benar-benar berkualitas karyanya. Terlepas benar dan tidaknya anggapan di atas, sejauh ini karya-karya penulis muda Yogya yang kadang-kadang nampang di media, sepertinya memang biasa-biasa saja. Justru, yang sangat pesat perkembangannya, baik secara kualitas maupun produktivitas ada di daerah lain. Penyair Yogya harus mengakui hal itu, bahwa daerah lain, seperti Lampung misalnya, jauh lebih bermutu karyanya ketimbang Yogya, yang konon pernah melahirkan banyak penyair kenamaan di jagad sastra nasional.
Namun bertolak dari anggapan penyair dan cerpenis di atas, bukan berarti kesusastraan di Yogya sekarat. Justru sebaliknya. Kini, di sini semakin menjamur penulis-penulis prosa (novel maupun cerpen), yang telah banyak dibukukan. Dan tentu saja, mun-culnya prosa maupun novel dari penulis muda Yogya itu terlepas dari standar kualitas sebuah karya sastra.
Saya tidak tahu pasti, kenapa mesti novel dan cerpen yang menjamur dan seakan berlomba dibukukan. Namun sepintas, penerbitan atas prosa, terutama novel, tak lebih hanya sekadar angin-anginan saja. Asal laris terjual di pasaran, dapat dipastikan karya tersebut akan dicetak ulang. Percayalah. Menggiurkan, bukan?
Lalu puisi? Geliat penyair muda Yogya, kini di ambang kematian. Marilah kita bertandang, sebelum napas kreativitasnya benar-benar sekarat. Biar sama-sama tahu sebab musababnya, meski tidak utuh, setidaknya kita tahu, ada apa dengan penyair muda Yogya.
Tapi sebelumnya, izinkan saya menyapa mereka dulu: Hei, Penyair Muda Yogya, apa kabar? Sehat-sehatkah kalian? Semoga tidak sekarat!
Sebenarnyalah, kalau kita mau menilik lebih jauh tentang penulis-penulis muda Yogya, sangatlah tak terhitung jumlahnya. Terlepas dari kualitas. Sekadar menyebut. Ada Lingkar Sastra Lepas, yang dimotori Ahmad Muhklis Amrin. Sarkem UNY, yang rutin mengadakan sidang puisi seminggu sekali, bertindak sebagai lurahnya An Ismanto, KUTUB diasuh oleh Zainal Arifin Thoha. Bengkel Sastra Yogya, Sanggar Sastra Gunung Gamping, Rumah Poetika, Studio Pertunjukan Sastra (SPS) yang beberapa bulan lalu menggelar Mimbar Penyair Muda Yogya. Perlu juga diketahui, SPS ini dimotori oleh Hari Leo. Dan masih banyak lagi. Termasuk yang berproses secara individu, misal, Agus Munaji dan lain sebagainya.
Nah, merujuk pada beberapa kantong komunitas sastra di atas dan individu, salah kaprah bila kita beranggapan, dengan merujuk pada penerbitan buku dan media (koran) atas karya-karya mereka. Bahwa penulis muda Yogya di ambang kematian, lantaran karyanya tidak pernah nampang di media, atau diterbitkan dalam bentuk buku.
Disadari atau tidak, memang ada penulis (penyair) lebih memilih tidak mempublikasikan karyanya ke media atau menerbitkannya dalam bentuk buku. Tentu bukan berarti karya mereka tak layak muat. Sebab layak dan tidaknya itu subjektif, tergantung selera redaktur budaya sebuah media, di samping memang dari kualitasnya sendiri. (Tapi sebentar, bolehkah saya bertanya. Adakah puisi yang sering dipublikasikan di media, secara kualitas sudah teruji?) Relatif tentu saja.
Jangan-jangan dari penulis puisi yang tidak mempublikasikan karyanya itu, atau yang tak pernah dimuat, karyanya jauh lebih dahsyat ketimbang yang sudah dimuat di koran, atau dibukukan? Oleh karenanya, menarik untuk diikuti, sebuah event yang diprakarsai oleh salah satu sekumpulan penulis muda yang bernaung di Rumah Poetika.
Kegiatan itu bertema Temu Penyair Muda 4 Kota, Yogya, Bandung, Bali dan Padang, yang akan dilangsungkan di Yogyakarta, pada 29-30 Desember 2006. Agendanya: Pertama, Membaca Peta Sastra Nusantara dari 4 Kota. Melibatkan penyair-penyair muda dari 4 daerah, baik yang berproses lewat komunitas maupun individu. Kedua,: Pengaruh Sastra Daerah di kancah Sastra Nasional.
Anda berminat mengikuti? Kirimkan karya Anda, dan mari berbagi, tentang proses berkarya dalam sebentuk tulisan, kirimkan ke alamat ini: Jalan Adisucipto, Gang Kunti No 84, RT 01 RW 01, Dusun Ambarrukmo atau di email kami: rumah_poetika@yahoo.com. Lalu, berkabarlah, bahwa kita belum sekarat!
***
*) Penulis adalah Koordinator Penyair Muda untuk Yogya dan pelaku sastra alapola.