Puisi-Puisi M. Faizi

m-faizi.blogspot.com

Lembar-Lembar Cahaya

Lembar cahaya
dibuka satu demi satu
menyibak rahasia
ke rahasia berikutnya

Dayang-dayang malam
mengipasi bumi dengan hujan buatan:
hujan bintang-bintang,
dan serbuk cahaya bulan

Aku membuka lembar cahaya
pada lembar ke-11 almanak qamariyah
rehat sejenak, seteguk dzikrayat
perjamuan untuk syaikh dari Jilan
tapi harus kubuka selembar lagi
agar tiba di tanggal lahir sang Nabi

Hai,
kini aku tiba di lembar cahaya itu
saat ada bayang-bayang tak terlihat
melintas di atas karpet merah bulan Maulid
mengiringmu membacakan puisi tak sembarang puisi
burdah-barzanji, puisi shalawat nabi

Shallu ‘ala Muhammad!
Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih

16/2/2010

Andai Ayahku Masih Ada

Pernahkah engkau menangis untuk ayahmu?
selagi dia di dekatmu, menangislah
pikirkan semua amal kebajikanmu
lalu takarlah dengan kebaikannya

Pernahkah engkau bekerja untuk ayahmu?
selagi dia di dekatmu, berbuatlah
andai seluruh hidupmu kaupersembah
belum cukup bekerja menukar upah

Pernahkah engkau berpikir untuk ayahmu?
selagi ada kesempatan, berpikirlah
karena jika ia mendahuluimu
engkau hanya akan diganggu pikiran itu

Kini, ayahku telah tiada
aku menangisi kepergiannya
tapi ia tak mendengar tangisku
karena isak dan air mataku
hanya menggema di telingaku sendiri

Aku tak menghendaki kepergiannya
tapi maut menjemput
memberi tahu aku laksana mimpi
dan kepergian ayahku sebagai kesadarannya

Pernahkah engkau menangis untuk ayahamu?
karena ia bekerja untuk menghidupimu dan
engkau hidup tanpa berterima kasih padanya?
berpikirlah, menangislah, dan bekerjalah selagi bisa
itulah cara yang baik mencicil kebaikan
karena sesungguhnya,
seluruh hidupmu adalah utang
yang tidak mungkin lunas akan terbayar

7/12/2007

Di Maqbarah Tebu Ireng

Aku mencium karomah, di sini
wewangian yang tersedak
manakala aku terlalu dalam menarik napas
tapi terlalu menyengat
kalau kubiar saja melintas

Di maqbarah ini,
betapa tubuh jadi kaku
melihat senarai nama-nama aulia
ulama-ulama yang berjuang membela negara
ataupun yang gugur melawan kebodohan

Santri yang membaca dan menghapal Al-Quran
para tamu, dan juga mereka
yang berada di luar batas penglihatan
berkumpul di sini, di maqbarah ini

Aku bergidik:
adalah ilmu sebagai tanju
merawat si empunya dari gelap waktu
aku menakik:
adalah istiqamah ‘ainul karomah
kemuliaanlah bagi seisi maqbarah

Tiba-tiba, serasa seseorang menepuk bahuku
saat meninggalkan tempat itu
seolah melarangku pergi
“Hendak ke mana?”
aku tak menjawab dan terus melangkah
ke luar areal maqbarah
menjejak, tertunduk memandang ke bawah

“Alangkah bahagia engkau, Tanah
menjadi maqbarah waliyullah?”

23/8/2008.

Leave a Reply

Bahasa ยป