Sajak-Sajak Saut Situmorang*

http://sautsitumorang.blogspot.com/
solilokui

makna macam apa yang
bisa didapat dari hitam aspal jalanan jam 12 siang?
bungkus rokok dan taik anjing
di trotoar bicara soal duit dan nasi
yang mesti dimiliki setiap hari.
di negeri kaya tapi miskin begini
jutaan bungkus rokok dan taik anjing
tercecer di trotoar jalan kota kota
cuma jadi jutaan bungkus rokok dan taik anjing!
sinis, katamu menanggapiku.
tak ada yang mengejek siapapun di sini.
soalnya cuma,
mungkinkah menulis puisi
dari hitam aspal jalanan jam 12 siang?
asap kotor sehitam pantat kuali
tergantung antara langit dan bumi
kentut busuk knalpot knalpot keparat
yang hiruk pikuk di sekitarmu.
siapa yang minta anugrah mewah ini!
debu beracun mengejarmu sepanjang hari
dan malam datang
membawa nyamuk nyamuk bangsat
yang sanggup mengantarmu ke liang lahat!
puisi? bagaimana kau bisa
menulis puisi tanpa bicara tentang semua ini!
bulan hanya indah
kalau lagi purnama
dan dilihat dari belakang kaca jendela rumah!
di luar mungkin ada maling
yang sembunyi di balik tanaman mawar binimu
menunggu dengan belati setajam lapar seminggu.
atau seekor ular berbisa
melata di rumput dekat jendela
tergoda burung hias mahal dalam sangkar
yang kau gantung di ruang tamu. atau lohan di aquariummu itu.
maling dan ular lapar pun
pantas kau masukkan dalam puisimu!
pengemis itu jelek
jorok dan bau. teteknya berkurap
berpanu
tapi putingnya memancarkan
air susu
sehat bagi puisimu.
tak perlu kau malu
jadi anak ibu itu.
dan anak anak bawah umur
yang berkeliaran kayak setan
di antara sedan sedan di persimpangan jalan
berteriak teriak menjual majalah dan koran
atau berkerumun di depan restauran
berlomba siapa lebih dulu menyemir sepatumu
demi satu dua lembar rupiah lusuh
menyikut sekeping nurani
yang tercecer antara nasi goreng dan
kentucky fried chicken
di meja di depan mata
di ujung air ludah
30 sentimeter dari baju pacarmu
yang terbuka dadanya yang montok mulus itu.
anak anak setan itu
adalah dupa dupa wangi
yang kau perlu untuk membuat suci
altar keramat zikir baris baris puisimu.
bangsat, kau menguap sekarang!
aku tidak terlalu akademis bagimu!
tidak terlalu stylist
atau postmodernist
buat kantong seleramu yang borjuis!
the fetishism of taste!
di negeri ini aku lahir
karena cinta
tambah birahi menyala nyala.
waktu kecil aku mandi hujan
main becek main layangan nyemplung di paret depan rumah
cari ikan sebesar jari tangan
dan waktu mandi di sungai berair kuning
gatal dan bersampah
kawanku menangguk seonggok taik yang mengapung dengan tangannya
dan melemparkannya ke arahku!
aku merunduk
menyelam ke dasar sungai, hehehe?
aku anak negeri ini
aku makan duduk di tikar di lantai
pakai tangan tak kenal sendok garpu
sampai sekarang tak malu aku makan begitu
walau sudah bertahun di negeri steak dan sandwich merantau.
menguaplah kau terus!
kalau perlu improvisasi dengan kentutmu
biar lebih seru!
pernah kau berpikir
kenapa tentara dan alim ulama
begitu berkuasa di negerimu?
Indonesia adalah republik pistol dan kitab suci!
kenapa kau tidak jadi jendral atau kiai saja
ketimbang memilih cuma jadi penyair
yang cari sesen duitpun tak sanggup mikir!
pernah kau bayangkan
jangan jangan binimu pun sudah mulai yakin
jendral dan kiai jauh lebih meyakinkan
nulis puisi daripada kau sendiri!
sialan!
rembulan dan anggur merah
tak mampu lagi memperkuat cinta
apalagi memperindah rumah tangga.
aku penyair negeri ini
menulis pakai bahasa negeri ini
sudah waktunya bicara soal negeri ini.
pukimak!

1999

badai penantian

langit sunyi. terbakar
matahari, dan angin mati.
terpaku semua yang hidup di bumi.
menanti.

badai sembunyi di gunung gunung
badai sembunyi di hutan hutan
badai sembunyi di mata air
di danau danau di sungai sungai
badai sembunyi di kampung kampung gersang
di gunung gunung tumbang di hutan hutan arang
di tepi mata air polusi di tepi danau polusi di tepi sungai polusi
badai sembunyi di pantai pantai di laut sembilu
di kota kota hangus tak lagi dikenal
kota kecil kota besar
kotamu kotaku
badai sembunyi di rumah rumah berdinding beratap debu
di didih aspal jalanan
di kerikil kerikil tajam mimpimu
dalam lagu lagu bosan anak anakmu
di uban pertama istrimu yang tak mau
lagi ketawa
badai sembunyi di aspal jalanan
kerikil kerikil tajam kampung kampung terlantar
kota kota terbongkar
yang milikmu yang milikku
badai sembunyi di kampus kampus wesel terlambat
di pabrik pabrik keringat menyengat
di penjara penjara berkakus tumpat lantai bau pantat
milikmu milikku milik kau dan aku
badai sembunyi di mata mata itu
yang tertunduk memandang bumi itu
di dada dada itu
yang tertunduk mendekap bumi itu
di kaki kaki itu
yang tertunduk menekuk bumi itu
di tangan tangan itu
yang terkepal menahan bumi itu
dan di kuburan pun sembunyi badai
antara nisan nisan berhuruf
merah jingga
dan bunga kemboja rusak daunnya.

badai sembunyi di negeri ini
negerimu,
negeriku ini. dan

menanti. menanti.

*) Sumber: otobiografi ([sic] 2007)

One Reply to “Sajak-Sajak Saut Situmorang*”

  1. yap inilah negeriku. trimakasih sudah diudarbuyar semua, mungkin belum semua tapi cukuplah. semoga mata mata penguasa dan mereka tak berhenti hanya dikertas kontrak ato piring nasi.

Leave a Reply

Bahasa ยป