http://sautsitumorang.wordpress.com/
27 Mei 2006
aku kehilangan jalan pulang kepadaMu, kekasihku
tikungan jalan dan batu kerikil
yang selalu menyapaku
dengan hangat matahari tropik sore itu
sudah tak ada di tempatnya yang dulu.
begitupun rumah rumah batu sederhana
dan gang kecil berlobang
yang membawaku
ke gairah matamu
yang selalu menunggu
di anak kunci pintu.
anak anak masih ribut
main layangan,
perkutut dan cicakrawa
masih saling tukar nyanyian
tentang kampung halaman
yang hilang dari ingatan?
aku kehilangan jalan pulang kepadamu, kekasihku
dan cuma mampu berdiri
termangu
berusaha membayangkan
senyummu
harum tubuhMu pun hilang
dicuri bumi di subuh khianat itu!
Jogja, 21 Juli 2006
bantul mon amour
di antara reruntuhan
tembok tembok rumah, di ujung
malam yang hampir sudah, kita hanyut
dipacu selingkuh kata kata, seperti bulan
yang melayari tepi purnama di atas kepala. rambut kita
menari sepi di angin perbukitan
yang menyimpan sisa amis darah
& airmata.
lalu laut menyapa
dengan pasir pantai & cemburu
matahari pagi. tak ada suara
burung laut, para pelacur pun
masih di kamarnya bergelut. dalam kabut
alkohol aku biarkan kata kata
menjebakku dalam birahi
rima metafora. kemulusan kulit
kupu kupumu & garis payudaramu
yang remaja membuatku cemburu
pada para dewa yang, bisikmu,
menggilirmu di altar pura mereka. aku menciummu
karena para dewa tidak
memberimu cinta sementara aku
cuma punya kata kata
yang berusaha melahirkan makna.
jogja 2007
aku ingin
aku ingin bercinta denganmu
waktu gempa lewat
di kota kita.
saat itu
pasti tak ada
keluh cemas, sinar mata ketakutan
atau gemetar kakimu
yang membuatku termangu,
berbuat apa tak tahu.
aku ingin bercinta denganmu
waktu kematian itu
kembali,
mengusik retak retak lama
di dinding rumah
yang tegak
berusaha tetap gagah.
aku tak ingin
melihat kematian
mempermainkanMu.
Jogja, 9.8.2007