http://sastrakarta.multiply.com/
CATATAN DARI KASONGAN
Membangun wilayah, menekuni tanah liat
Ada ia, menyambung sejarah warisan leluhur, yakni
Memahami impian bumi pertiwi
Sembari bertegur sapa dengan irama pariwisata
Atau kata Gibran: “Mencintai kehidupan dengan bekerja”
dalam ayunan sang nasib yang beringas
Ia rumuskan kehendak zaman elektronik-informatika
dalam bentuk-bentuk patung gerabah komuditas
Ada naga ada jago ada gajah ada katak
atau celengan masa depan dipoles aksesori
namun betapa aroma tanah liatnya:
Bertautan antara kerajinan dan cocok tanam
Superman atau ksatria baja hitam tidak menjadi obsesinya
Barangkali karena tidak perlu
mengganggap zaman ini penuh dusta dan kekerasan
Sumeh saja seperti menghadapi tustel-tustel dari kota besar
yang banyak maunya
Lakoni saja pandom kehidupan yang nyasar-nyasar mau ke mana
Di tengah-tengah jagad manusia yang ngendon polutan
Masa depan toh masih terjaga dalam semilir setiap adzan
menghampar ladang dan pebukitan dengan
palawija dan jewawud padi-padian
?Palagi perjuangan mengisi kemerdekaan
tak ?kan pernah ada habisnya
Dan jantung kota Malioboro yang jauh di sana
Bukanlah puncak nomor gencet-gencetan.
Ya, membangun wilayahnya, membangun jiwanya
memahami tanah litany
1995
MENGAJARI KUPU-KUPU
Kita benamkan dalam air
Kolam tujuh bidadari mandi
Lalu kita angkat
Kita goreng di bawah terik matahari telanjang
Sampai klojotan
Kita ajari ia
Patah hati
Kita bawa bertamu
Pada sahabat di negeri sukses
Kita remas-remas
Lantas masukkan dalam kulkas
Sementara kita ngoborol tentang kehidupan
Yang hangat penuh kasih lagi mesra
Kita ajari ia menggigil
Kedinginan
Kita seret ke dunia industri
Sementara gusur-menggusur terus belangsung
Kita biarkan kandas hingga kuyub
Biar terolah lalu tertempa lalu tercor
Lalu terbeton
Lalu kita sekolahkan mendalami mata pelajaran dia
Agar terbiasa mengolah jeritan
Hingga sorotan matanya keras dan rasional
Belum, belum selesai
Kita ikat ia dengan benang merah
Pada gema adzan yang membersamai reputasi zaman
Agar terbawa terbang
Ke mana angin bertiup
1996
MELIHAT KUPU-KUPU
hati siapa terkirim lewat kupu-kupu
ia terbang kian kemari di udara wening.
sunyi melintasi pesta bisik
merendah, meninggi, meliuk dan menukik
menari-nari hanya berbekal cahya mentari
sedang cinta kasihnya menunggu di sayap
tak kenal cuaca dan waktu.
ia menggiring siapa mata yang memandang
dalam kelelahan
2007