http://sastrakarta.multiply.com/
SUARA DI BALIK GEMA
Tidak perlu aku bersumpah atas angin
tidak perlu aku berjanji atas bumi
sebab di mana aku berpijak
di situ juga jantungku berdegup
jiwaku menyuarakan cinta
kakiku menapak cinta
mataku memandang cinta
tanganku mengepal cinta
mulutku berkata cinta
Tidak harus aku menangis atas siang
tidak harus aku meronta atas malam
sebab di mana aku berpijak
di situ juga jantungku berdegup
jiwaku menyatakan berani
kakiku melangkah berani
mataku memandang berani
jari tanganku menuding berani
mulutku berkata berani
Sebab dunia adalah bola aku ada di dalamnya
sebab dunia dalah tanah aku tinggal di atasnya
sampai waktu itu tiba aku pun akan hancur
bersama dunia bagai debu dari asal kembali
ke asal ketiadaan
?85
GALI LIANG
Gali liang
gali liang
kubur raga sendiri
di luar sukma memandang
di dalam menuai hari-hari
Akankah dari rahim bumi yang purba
lahir anak-anak zaman
tegap dan tegar
di bawah matahari
Gali liang
gali liang
kubur raga sendiri
di luar sukma berdendang
di dalam menikam relung hati
Akankah dari gemercik air pancuran
lahir anak-anak gunung penjaga hutan
liar dan garang
sakti dan berani berkata
yang menangis
pulang saja
?96
BIRU EMAS DIAM SELAKSA
Salam Merdeka kataku pada burung-burung yang melintas di atas kepala
gemuruh kepak sayapnya meninggalkan bau anyir darah
biru emas
diam selaksa
jiwa anak-anak membentangkan harapan tanah cintanya
Tanah ini bukan lagi lintasan hijau hitam yang pernah melahirkan sejarah
sebelum orang-orang menenggelamkannya menjadi padang-padang rumput
dan langit meneteskan butiran emas di mulut mereka
Di atas beton abad berlari
di antara dinding-dinding baja
sejarah menangisi masa silamnya sendiri
Salam Merdeka kataku pada burung-burung yang kehilangan sarang
Anak-anak gunung kehilangan hutan anak-anak laut kehilangan angin
dan anak-anak candi kehilangan stupa
Suara-suara mereka tidak pernah sampai pada dunia
karena gedung-gedung bertingkat antene tv dan parabola lebih dulu menangkapnya
orang-orang membungkusnya menjadi kado bagi jaman yang sarat peradaban
Anak tanyakan pada kubur moyangmu di mana Roro Jonggrang?
di mana topeng-topeng Panji? di mana Rahwana?
di mana Kanthabima?
Suara-suara itu hampir tak terdengar lagi
biru cemas
diam selaksa?
?97