Kata-kata
Kaulah sungai tanpa air
Menari di ujung bukit sampai padaku
Mencuri senyap tempat berdiam
Demikianlah kau
Bayang tanpa tikam
Janji tanpa kata-kata
Ajari perihal air dan mata
Semoga parit-parit mengajarimu berlayar
Tanpa laut juga tiang
Aku menjelma tulisan yang kehilangan tanda selesai
Kau penyair
Pandai menafsir
Lupa merangkai
Menasbih ilusi
Tanpa sempat membacaku
Apa aku telah mencuri lelapmu?
Panjalu, 2007
Anak Air
Dari bukit-bukit yang enggan menjadi gunung
Anak air mencari laut
Jauh kilauan diuji ladang dan kilo
Dibiarkannya ikan-ikan menari bersama
Ditasbihkannya petani yang menukiknya pelan
Dari sanalah mula kebebasan
Menyediakan kehidupan bagi hidup
Melayani batu dan lumut hijau.
Yogyakarta, 2008
kau tak (se)harus(nya) berjanji
serupa makam tanpa nisan; maka bangkitkanlah aku dari derita. jangan kau kirim seseorang yang lain untuk menjemputku. maaf merepotkan.
jangan jauh-jauh dulu, sebab aku sedang tak ingin sendiri. kembalikan aku pada dunia sunyi. tapi sungguh, jangan jauh-jauh dulu.
jangan dulu mengajakku berdebat
jangan dulu menyangsikan apa-apa
jangan dulu mengeroyokku dengan pertanyaan
jangan bertanya siapa, mengapa, ataupun bagaimana
aku hanya ingin lahir kembali, keluar dari kutukan yang menyengsarakan aku
sekarang biarkan aku mati dengan cara yang paling santun. dengan cara yang tak pernah orang-orang tunjukkan sebelumnya. dengan begitu aku akan menjadi jenasah yang benar. mengapa aku benci mengakui, kalau tak seharusnya aku mengutuk diriku sendiri.
sekarang, bongkarlah makam itu, temukan belulangku. lahirkanlah aku serupa maumu, dan biarkan aku mati dengan cara yang kau mau.
tanpa derita yang berarti
tanpa senyum yang berarti
tanpa sumpah-sumpah yang pasti
tanpa harus kau berjanji
(apakah aku nampak baru -lagi- bagimu?)
Yogyakarta, 2008