http://sastrakarta.multiply.com/
ODE MAWAR
semerah sanubari
semawar bibir
sepasti mentari
jejak hati berbayang
membunga angan mawar
beri aku sibiji
semawar cintaMu
menapak di langkahku
seharum aroma
semawarMu
Jogja, 1422002
SAJAK MENATAPI TARIAN JATHILAN
menonton jathilan seperti
menatapi diri telanjang pada ritmis gamelan
menjalari nadi darah menari dalam rentak
hentak kaki gemulai menstilir. Jazzy
teraba memfokus di kamera batin hingga tiada bias
kepura-puraan merias wajah lugas. Terkapar
membius diri dalam trance. Terbelenggu
menonton jathilan adalah
perburuan membasuh hati pada istirah pasrah
kerelaan terikat denyut kefanaan hingga batin
masih saja rindu memutar rekaman:
matahari membakar kesia-siaan
menonton jathilan seperti
ingin mengusap wajah budi hingga keasingan
menelusup digengam pawang kesadaran pucuk gamang
jiwa limbung meniti tarian di puncak
antara kekinian dan kelanggengan
antara aroma kembang dupa dan pencerahan
menonton jathilan serasa
melihat diri sendiri
ada rindu mendesir berlari
selepas ayun yang asing usai membuai
Bantul, 2003
SAJAK WAYANG WUYUNG
Akulah wayang wuyung arahan Ki Dhalang
meski sering hendak nyeberang
dari kepastian mapan
selalu saja menegak:
lagi-lagi perintang yang menang!
sebab keselarasan dalam keindahan
adalah bagian pasti kodrat anganku
akulah wayang yang wuyung
gandrung pada bayang surgawi membumi
meski inderawi susah menyapa wujud terbayang
senantiasa blencong surgawi membumikan bayang
sebab kodratnya adalah lakon:
“kesegalaan dalam kepastian”
adakah lebih dari tangan Ki Dhalang mewayang?
adakah sungguh nyata:
riuh gerak wayang membayang di bumi
atau hanya kesibukan berbilang waktu
dalam layar inderawi?
akulah wayang siang wayang malam
gandrung wuyung pada kekinian kepastian
di sebalik bayang geber bumi
meski keindahan bayang
menghipnotis secara matematis
tetap saja aku gandrung
kekinian puisi surgawi membumi
tanpa
meski
Yogyakarta, 1001