DI MALIOBORO
Kemulusan asri
Lembut tangan putih mata sipit itu
Sungguh subur demi tumbuhnya bulu-bulu pesona!
Kuat teliti dalam merengkuh gayung sejahtera ekonomi
Anak ladang, beli pupuk demi tegalan kacang
Gali ilmu pasar hendaknya darimu
Gairah mengganas, mulia hadir di Malioboro.
Si sipit adalah seperti serdadu derap langkahnya gontai
Si sipit adalah seperti gerombolan blekok terbang menawan
Si sipit adalah seperti melejitnya kabut menyelimuti bukit
Si sipit adalah seperti tembok pertokoan panjang di Malioboro.
Apakah ini warna-warni Mu?
Si sipit darahmu merah-berani bendera?
Si sipit tulangmu putih-suci bendera?
Sang Dwi Warna berkibaran dilangit biru!
Di Malioboro keramaian seperti Indonesia Raya!
Toko Ramai, 1984
Catatan: Puisi Kidung Cinta Masa Muda & Di Malioboro, diambil dari Nur Iswantara, Kumpulan Puisi Keindahan Alam, Senat Mahasiswa Asdrafi Yogyakarta, 1985.
BUAT BUNDA
Beta tahu ibunda mencinta
Beta yakin ananda tan senada
Kita bersama pernah, seia sekata
Hingga tiba saatnya:
Beta lihat mentari, menangislah ibunda.
Ingat bunda
Beta membuat duka
Ketika beta pergi tak berkata
Dan pernah beta buat ketawa
Ketika beta terbata-bata mengucap kata
Bunda
Beta ingat tatkala airmata menetes
Ketika beta sakit tercekamnya nyawa
Bunda berdoa tiada suara
Hingga beta sembuh bagai sediakala
Maafkan anakmu bunda
Yang sekarang menggembara
Menuruti getaran sukma
Dorela 79
PADMA MERAH PUTIH
Yogyakarta gulita
sang bagaskara padam
singgasana keratin muram
Sang raja mangkat
bumi nusantara berkabung
ditinggal mahaputra bangsa
Ngarsa Dalem Kaping IX
telah tiada jasad dan ruhnya
dibalut bendera pusaka
keutamannya
patut ditauladani
siapa saja
sarat bunga duka
kebak doa kalbu kita
tunduk membumi
istirah damai
istirah abadi
Paduka di penghabisan
Keraton, 3101988
Catatan: Puisi Buat Bunda & PadmaMerah Putih, diambil dari Nur Iswantara, Puisi Puisi Rindu, Teater Pelopor – Paguyuban Teater Bantul, 1991.