MATA MALAMKU, 1
mata malamku membiru
terpagut neon, lampion dan portal
yang menjulang di kota-kota
mata malamku disergap maut
berkelebat di antara bayang-bayang hitam
menggigil di pinggiran trotoar
mata malamku mengaduh
mengingat cabikan taji angka-angka
beban almanak atas usia
mata malamku memicing
menerka kesempatan yang lewat
sebelum siang terjagalkan kepastian
Yogyakarta, 2006
MATA MALAMKU, 2
kita ingat: bangku panjang di alun-alun
yang telah diduduki sepasang pengantin (yang belum terakadkan)
“jangan lupa pada pacar lama
undanglah semau ia,” ucap salah seorang
melintas di belakang bangku panjang itu
pergi, menjejak sisa tapak-tapak kaki
agar alpa maksud hati
Yogyakarta, 2006
KUNANG-KUNANG, 1
sebagai kunang-kunang aku melintas
pada mata malammu terseok di antara lampion
yang menggigil digampar hujan
sebagai kunang-kunang aku berserah
mungkin masih ada tempat istirah
dari rindu-dendam kampung halaman
tempat hamparan sawah resah dibajak
Yogyakarta, 2006
KUNANG-KUNANG, 2
kuingat kunang-kunang yang kemilau
menggampar mata sesiapa pun yang mengerjap malu
menunduk di sepanjang pematang
sebagai petani aku biasa berjalan malam hari
bertabrakan dengan ratusan kunang-kunang
yang melintas tak tahu malu, tak tahu diuntung
menjadi cermin suka-cita hari-hariku
yang kerap muram karena bencana
karena cuaca yang berang
mengguyur sawah tak tahu maksud
tergelincir dari musim yang salah
Yogyakarta, 2006