http://sastrakarta.multiply.com/
RAHIM
ketiadaan yang kekal
tak lagi bisa kukenal
sejak seorang Ibu
memuntahkan daku
lewat rahimnya
yang bau!
bersama waktu
tak ada akhir
aku mengalir
bersama ragu
tak kenal jemu
aku berburu
mencari kamu
aku
yang dulu!
dalam rindu
aku menatap
Masa Lalu
yang sepi
dan abadi
aa
rahim Ibu
yang mekar
bagai kejora
dan berwarna ungu
tersumbat sesuatu!
Yogya, 1982
PUISI
Sebuah puisi menjerit-jerit ketakutan
Kutanya, “Kenapa?”
Dijawab, “Aku tak mau kau tuliskan!”
Yogya, 1990
AKU DAN HANTU
Sesosok tubuh
Mendekatku
Di ujung malam
Jalanan sunyi
Tak ada orang
Kecuali,
Aku dan dia
Aku menduga-duga
Apa maunya
Kostumnya aneh
Dada ke atas
Terbungkus
Dengan sarung
Tubuhnya berbau
Anyir dan bacin
Langkahnya ringan
Membuatku heran
Tanpa kusangka
Sarungnya dibuka
Astaga,
Dia
Tak berkepala
Darah hitam
Berlelehan
Dari lehernya
Tahulah aku
Bahwa dia adalah
Hantu tanpa kepala
Aku gemetar namun berusaha tetap tabah. Ingin kusebut
kata tuhan-tuhan tetapi yang keluar kata hantu-hantu.
Aku terkencing-kencing tanpa terasa dan sosok menji-
jikkan itu terguncang-guncang seluruh tubuhnya, ba-
rangkali dia kesenangan dan tertawa terbahak-bahak.
Akhirnya dengan agak nekad aku berseru kepadanya
Berpura-pura menaruh rasa simpati, “Aduh, kasihan.
Kamu dulu pasti matinya dipancung ya? Kamu pasti
Sangat menderita tanpa kepala karena tak bisa
Berpikir dan menggigit leher lawan jenismu.
Okey deh, sekarang biarlah kupinjamkan
Kepalaku kepadamu!”
Dan dengan gerakan sederhana aku copot kepalaku dan
Aku sodorkan kepadanya. Eh, dia gantian gemetar dan
Terkencing-kencing, lalu lari terbirit-birit menuju
Ke arah Taman Makam Pahlawan. Rupanya dia
Ketakutan.
Yogya, 1990