Sajak-Sajak Dwi S. Wibowo

http://sastrasaya.blogspot.com/
larungan mimpi

Mengalir sunyi kau teduh sungai ke lautan
Mengantar hulu menyambut debur ombak arah tepi
Berselimut hembus bayu di atas pasir
Memelukmu dingin tanpa dekap
Hanya menghampar sepanjang mimpi-mimpi itu kian kembali

Jogjakarta, mei 2008

puisi baru
padanya

Manusia mati untuk kembali padanya,
Daun gugur untuk kembali padanya,
Bunga layu untuk kembali padanya,
Angin bertiup untuk kembali padanya,
Istana runtuh untuk kembali padanya,
Hujan turun untuk kembali padanya,
Tak terkecuali akupun datang untuk kembali padanya.

Jogjakarta, 6 Desember 2008

surat buat yan
:asih setyani

Yan, coba kau dengarkan.

ada derit pintu menyanyi sumbang di panggung terbuka.
lalu ia pergi ke tempat sepi untuk menangisi kematian ibunya
ia kasihan.
Lalu mengapa temannya tak lekas kembali?
Juga saudaranya.

Kemudian lilin lilin menari di atas cahaya
Yang redup seolah turut menangis
Tidak,
Justru mereka coba menghibur
Di tengah laranya.

Biar kunang yang ikut sedih dengan kelip cahya
Yang terselip di antara rumpun ilalang
Bunga rumput yang tertinggal.
Tempat beberapa lembar sayap kupu tinggal untuk bermalam
Sampai pagi menjelang
Dan semua telur mereka menetas
Menjadi ulat ulat kecil
Di pucuk daun.

Seperti masa kecil dulu,
Kita bermain air di telaga yang sepi
Menyibak air dengan batu mungil
Yang melompat di permukaan.
Lalu pulang dengan kuyup, dan
Kau selalu dimarahi ibumu
Dan aku yang lari
Saat sepatu milik ibu terbang mengejarku
Merindukan untuk menyentuh pantatku
Dengan sedikit tabokan.
Namun kita tak pernah jera,
Dan esoknya
Kita bermain air lagi di telaga
Sebab kita tak pernah takut
Bila nanti airlah yang membawa kita ke sisinya.

Lihatlah ikan,
Ia hidup di air
Namun sesekali melompat ke udara
Sama seperti kita
Ia tak pernah takut
Bila suatu saat angin membawa ia ke sisinya.
Sebab ia tahu
Sudah ada yang mengatur semua ini.

Leave a Reply

Bahasa ยป