Dua Baris Dalam Sajak “Bambu Jepang” Ajip Rosidi

Nurel Javissyarqi

BAMBU JEPANG

Tahun lalu di halaman kutanam bambu serumpun
Sekarang tumbuh dalam hatiku daunnya merimbun
***

I
Pohon bambu depan rumah mengusik hatiku setiap waktu. Ketika malam tiba, dedaunannya berbisik ke telinga.

Kecupan mungil ke leher jenjang anganku menyatu, entah apa diingini mendesahkan rindu menggebu.

Terus kupandangi keremangan di sela-sela cahaya, lelintangan sesekali menggoda meniupkan pujian.

Angin kencang menerpa, batangnya menari-nari semakin gemulai kaki-kaki menjejak kedalaman.

Jenjang meliuk pesonakan mataku tak ingin lena sekejapan. Memandang ikuti tari-tarian, kadang berpeluk rapat pula renggangkan nafas.

Bergelayutan angan nyata menuju pepucuk menjulang, menggapai purnama senandungkan hening pergolakan.

Tetangkai saling bersedekap mengulurkan kayungyung, berulang-ulang tiada bosan bermanja-manja bayangan.

Bercumbu mesra kehangatan, seakan angin dingin tak mampu menghalang. Memantul bergoyang sulur-sulur berkedip pandang.

Meremas keyakinan kendarai kesungguhan, mengguliri masa-masa takkan berlalu. Menghentak rintihan bambu menyanyikan penuh syahdu.

II
Nafas-nafas bukan pengulangan, namun membumbung ke puncak nun jauh. Pada batas-batas bayangan takkan mampu terbangkan ruh.

Tiada ingin kulepas, sebab selalu menggayuhi kalbu, mendamba hari-hari seranum rekahan gugusan fajar.

Diriku rasakan getaran rahasia, entah kecupanmu belum mensukma, penasaran datangnya mentari nyalang.

Suara-suara bergemuruh di telingamu ialah seruling naluri bathinku terus kau abaikan, tapi tiada sanggup mengelaknya.

Di mana pertahananmu menguat, di sanalah keletihan melemas, lalu tubuhmu rebahan sepagi rerumputan.

Basah lamur percantik gemulai dimanja, disayang tetesan embun lentikan jemari dedaunan bambu.

Rindumu terawat matang perpisahan, menanti elusan bayu tipis menghampiri keningmu melekat dikecupan.

Menikmati hamparan angan lelap sebentar, kala tersadar, kau melupakan perpisahan barusan.

Demikian tafsiranku kali ini atas sajaknya Ajip Rosidi. Dari buku “Terkenang Topeng Cirebon,” dipengantari Prof. Dr. A. Teeuw, diterbitkan Pustaka Jaya, 1993.
***

Ajip Rosidi lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat 31-1-1938. Menulis karya kreatif berbahasa Indonesia, telaah, komentar sastera, bahasa dan budaya, berupa artikel, buku, makalah di pertemuan regional, nasional, internasional. Melacak jejak pun tonggak alur sejarah sastra Indonesia serta Sunda, berpandangan sosial politik di majalah, ceramah. Menulis biografi seniman pula tokoh politik. Mengumumkan karya sastera 1952, di Mimbar Indonesia, Gelanggang / Siasat, Indonesia, Zenith, Kisah, dll. Menurut penelitian Dr. Ulrich Kratz (1988), sampai 1983 Ajip pengarang sajak dan cerita pendek produktif (326 judul di 22 majalah). Bukunya pertama “Tahun-tahun Kematian” terbit diusia 17, diikuti kumpulan sajak, cerpen, roman, drama, esai, kritik &ll. Karyanya diterjemahkan bahasa asing, bunga rampai atau buku, a.l. Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perands, Kroatia, Rusia, dll. Ketika SMP redaktur Suluh Peladjar (1953-1955). Pemimpin redaksi Prosa (1955), Majalah Sunda (1965-1967), Budaja Djaja, (1968-1979). Mendirikan-memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) dipublikasikan (1970-1973). Bersama kawannya mendirikan penerbit Kiwari (1962), Tjupumanik (1964), Duta Rakyat (1965), Pustaka Jaya (1971), Girimukti Pasaka (1980), Kiblat Buku Utama (2000). Ketua IKAPI dua kali kongres (1973-1979). Anggota DKJ awal (1968), Ketua DKJ (1972-1981). Anggota BMKN 1954. Anggota LBSS (1956-1958), anggota Dewan Pembina (1993), mengundurkan diri (1996). Pendiri & Ketua PP-SS pertama (1968-1975), pendiri dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996). Pendiri Yayasan PDS H.B. Jassin (1977). Sejak 1981 diangkat guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku, mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996), Tenri Daignku (1982-1994), aktif perhatikan kehidupan sastera-budaya, sosial-politik tanah air. Dari 1989 memberikan Hadiah Sastera Rancage tiap tahun, dilanjutkan Yayasan Kebudayaan Rancage didirikan. Pensiun menetap di desa Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Mengelola beberapa lembaga, Yayasan Kebudayaan Rancage juga Pusat Studi Sunda. {dinukil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ajip_Rosidi}

Leave a Reply

Bahasa ยป