SULUK GARA-GARA
Kayon mengoyak kelir
Digoncang naga menuju hilir
Menjelang disujudkan
Arogansi Bima di dasar lautan
Mengapa kau menangis, Arimbi?
Kekasihmu bakal kembali
Tidak perlu airmata
Mengharu-biru duka
Serupa blencong di alam maya
Temaram cahayanya
Matahari di timur sebagai tanda
Kisah belum usai di ujung gara-gara
Melainkan baru bermula, ketika
Petuah Ruci erat di genggaman Bima
Sanggar Gunung Gamping, 04082006
SULUK SEMAR
Jagad digelar
Kisah dibabar
Di balik layar
Semar samar-samar
Manakala Baratayuda
Semar tak berpihak Amarta
Apalagi Kurawa, keduanya
Bukan warna bianglala
Melainkan yin-yang
Berhimpitan di satu ranjang
Jagad digulung
Awang-uwung
Semar pulang ke Kayangan
Tinggalkan sepenggal bayangan
Sanggar Gunung Gamping, 16082006
SULUK BISMA
Berbantal patahan batang tombak
Beranjang rongsokan senjata
Bisma rebah ketika usia tinggal setapak
Menuju pintu surga selebar mulut vagina
“Tuangkah darah prajurit rucah di cangkir tempurung!”
Pinta Bisma kepada Arjuna berjiwa Indra
“Agar maut menjadi kebanggaan terakhir senopati agung
Bukan asap dupa kalungan bunga tiga rupa”
“Mekarkan payung serimbun pohon randu alas gung!”
Pinta Bisma kepada Bima berdarah Bayu
“Karena langit terbakar tak lagi teduh buat bernaung
Selepas tiba perjalanan kereta di batas pilu”
Sanggar Gunung Gamping, 01042008