Puisi-Puisi Dwi S. Wibowo

http://sastrasaya.blogspot.com/
Fajar

Gelapku menunggu matahari terbit
Ketika bulan hendak menjauh
Aku ingin berlari ke masa itu
Dimana cahaya menjadi hidup
Membawa manusia kepada surga
Langit tak sekedar harap
Esok hari mungkin terlihat
Jingga kemudian putih
Putih kemudian jingga
Jingga kemudian hitam
Hitam kemudian jingga
Terus berputar
Tak henti roda mengikut waktu
Dari berjalan hingga berlari
Hari ini adalah esok
Esok mungkin adalah lusa
Lusa aku tak tahu

Yogyakarta, —

Cerita binatang

Melukis hari tiada lelah kau gores tinta, isi benakku
Tuangkan pada kanvas kosong dalam pigura bentuk persegi
Warnanya merah, seperti darah dalam tubuhku yang memompa
Semangat penuh gejolak masuk dalam jiwa
Goreskan lagi warna lainnya, hijau
Alamku hijau luasnya hutan rimba di atas tanah
Burung-burung, serangga dan ular hidup di sana
Mencari makan, ularku ular sanca
Dia bisa makan manusia sebab mulutnya besar
Tapi hidupnya sederhana, sedikit makan dan bertapa dalam liang sepanjang musim
Hidup serangga rakyat kecil
Hidup mengais sampah kota-kota besar
Yang di buang ke desa, hidupnya melarat.
Serangga kecil terinjak dan mati.
Burungku pandai bernyanyi, lagunya lagu sedih
Berkicau serta mencibir, menyanyikan nada sumbang
Burungku terbang ke langit, hinggap ia di awan
Menghindari laju peluru senapan angin, tubuhnya jadi sasaran tembak
Pemburu mengejarnya tapi tak bisa menangkap
Sebab burungku, burung garuda

Jatilawang,25 jui 2008

PENGAMEN CILIK

Pada tanah, batu dan air mengalir
Pada matahari, bulan dan bintang bersinar
Pada anak, orang tua dan nenek moyang
Kami persembahkan duka cita rakyat kecil
Manusia rendah menaiki sepeda sepanjang jalan yang dipenuhi mobil,
Motor dengan asap mereka bersama bunyi klakson
Mencaci maki kemacetan yang mereka buat sendiri
Anak-anak pinggir jalan jajakan tangisannya sebagai sebuah lagu yang harganya Cuma seratus
Ya kaleng, ya air mata, ya gitar kecil sahabatnya

JATILAWANG,27 juni 2008

Leave a Reply

Bahasa ยป