Puisi-Puisi Pringadi AS

Dari Dadamu

sebab dari dadamu
keluar kereta yang menyampaikan malam
minggu
aku
duduk di gerbong ketiga dari masinis
yang menatapku dengan sinis
seolah aku akan menjadi semut
yang mengendap
mencuri asap
dari cerobong tuanya yang kusam

Sebuah Pelajaran Mencium Bibir Seorang Perempuan

Alasan:
Sebab daging, tubuh ini tak puas pada guling.

Target:
Laki-laki selalu suka memanjat pohon jambu. Seperti bibir
yang juga merah jambu. Bibir yang sepotong dan tak
berniat memonyong-monyongkan dirinya. Bibir yang mungil,
lembut dan basah, bikin gelisah setiap mata menatapnya.

Sebab Maneka, bibir sudah langka. Bibir yang jujur
mengatakan perihal jual mahal. Bibir yang utuh, tak
pernah disentuh, bikin bibirku pun ingin runtuh.

Waktu dan Tempat:
Di bioskop, aku menonton film. Sepasang muda-muda lain
sedang asik bikin film. Aku tiba-tiba teringat pada helm di
motor parkiran itu.

“Kau sedang tak berminat pakai helm kan sekarang?”

Sesaat setelah matanya jadi tanda tanya, aku menciumnya

dua kali.

Kesan:
Perempuan itu seperti keramik, terbanting mudah pecah.

Bibirnya tidak seperti yang dilegendakan, memang basah
seperti tanah-tanah becek berlumpur yang tenggelamkan
umur.

Pesan:
Ciuman bikin mabuk. Lebih anggur dan vodka di bar-bar
yang tutup pukul lima. Ciuman bikin ketagihan seperti
pil koplo dan suntikan narkotika lainnya.

Aku duduk di lantai, memikirkan komik-komik hentai.
Ternyata ciuman di gambar-gambar itu tak sesantai
yang kukira.

Mungkin besok coba lagi, alamat belum beruntung.

Empat Kejadian yang Mungkin Saja Terjadi Sore Ini

I:
Aku mengunci diriku di dalam kamar.

II:
Kamar mengurung aku di tubuhnya.

III:
Pintu tidak tahu caranya membuka diri.

IV:
Dinding yang kokoh yang meratapi pintu dan aku.

Di Sebuah Jam 12 Malam

Aku mengetuk-ngetuk pintu kamar. Memanggil jam dinding yang berdetak dengan tak sabar itu keluar
memenuhi undanganku pergi ke bar, meneguk bir, lalu saling bertukar bibir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *