Sketsa-Sketsa Fajar Alayubi

Kaulah Hati

Kaulah Merkuri
di hadapan Sang Pemilik jagat raya

Kaulah hati
Wahai yang dianugrahi mahkota laksana raja Ishtar,
Mars tersipu wajahnya semerah rubi
Bumi tersanjung langit biru dan laut dalamnya
sungai yang mengalir pun jadi nadinya

Oh paras rupawan,
kecemburuan Venus selaksa hujan
keringatmu bercucur, menguap rasa sampai ke hulu

Bima Sakti
Kekasihmu bagaikan Andromeda
kecintaan Alesis pada padang gemintangnya
merengutkan keningnya
: kaulah pesirah, padangku tiada sejengkal dalam hatimu.

Kesaksian

Aku melukis bumi sirna
coklat langitnya,
hampa udaranya

burung-burung terbang menjilati senja
angannya jenuh melayang khayang
terbakar di tiap sayapnya

laku di atas rimba arang

Pantai sunyi kugurat badannya
telak rebah ia berselimut tinta hitam

Percikan warna api kusulut di punggungnya
selaksa luka dari sayap yang berkobar
agar langit tumbuh lembayung

Agar tampak tangan tak jahil mendurja alam,

ku apung batu karang sebagai bayang-bayang
; buih-buih ringan hiasan pucat pepasir.

Agitasi

Taman sedang kembang
geliat benih beranjak tingkah

sebelum kuntum, bunga hayal berbuah
kecambah muda mudah goyah

angin dari barat
ke timur membelai batuan karang

kayuh rayuan ke seribu pulau
serau nyiur sampai terberai

semak dan perdu
lelumut di batang tubuh

luluh.

“Koma” Cuma Sekali

aku belum mati
saat ini, di tempat sunyi

dimensi ketiga hampa kata
tiada larik hijau pelangi

merah delima dihitung jari
dirasa panca indra berganda

sekepal hati berbagi dua
: tuju surga atau neraka

sewindu telah di gerbang fana
mengetuk nama purwa sempurna

“aku dimana ?”
kau di depanku berduka.

Semut Pundak

Semut-semut pundak di muka dan halaman senggal-senggol mata dan pena

pagi tadi
sebelum ibu menyapu lantai manis gula, mereka sibuk juga berbenah

“cepat !” kataku
“nanti dulu,” kata ibu

“berpencar !”

kaki meja tulisku jalan pelarian

“naik !”

Leave a Reply

Bahasa ยป