Taufik Ikram Jamil, Gelar Kembara Sajak Tersebab Aku Melayu

Yurnaldi
oase.kompas.com

Sastrawan Taufik Ikram Jamil, akan membacakan sajak-sajak yang terhimpun dalam buku sajaknya yang terbaru tersebab aku melayu, di Bentara Budaya, Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, hari Selasa (22/6/2010) malam. Ini merupakan tempat pertama yang dikunjunginya dalam kegiatan yang dinamakannya kembara sajak tersebab aku melayu. Beberapa tempat akan dikunjunginya di Sumatera dan Jawa dalam kegiatan serupa sampai Agustus mendatang.

Ikram akan membacakan sembilan sajaknya dengan masa sekitar satu jam. Di antara sajak yang dibacakannya berisi tentang perspektif kejayaan Melayu untuk masa kini dan bagaimana memanfaatkannya seperti dalam sajak gurindam bukit siguntang (sriwijaya, Red.), catatan terakhir oleh raffles, di sungai siak, dan orang asing rupanya aku. Ia juga membawa dialog keruntuhan Majapahit melalui sajak hanya karena aku bukan seorang jawa (biografi dara petak). Dalam membacakan sajak, ia dibantu multimedia.

“Inti acara ini adalah silaturahim dengan mengajak untuk saling pengertian antara puak yang satu dengan puak lainnya,” ujar Ikram, Minggu (20/6/2010). Silaturahim ini semakin penting di tengah pergaulan antaretnis yang menajam, apalagi menarik garis pembangunan nasional yang bertopang pada otonomi daerah. Selain itu adalah hubungan antarnegara serumpun Melayu yang selalu buram.

Buku sajak Ikram yang kedua ini, tersebab aku melayu, memuat 59 sajak yang sebagian besar sudah dipublikasikan di berbagai media seperti Kompas, Tempo, Jawa Pos, Republika, Riau Pos, Padang Ekspres. Buku ini disebut sebagai buku sajak penggal kedua, setelah buku sajak penggal pertama yang berjudul hampir serupa dengan buku kedua ini yakni tersebab haku melayu diterbitkan tahun 1995.

Penanggalan huruf h pada judul buku sajak kedua ini dibandinghkan buku sajak pertama, ternyata memberi pengaruh besar pada daya ungkap sajak-sajak Ikram. Tak kurang penyair semacam Sutardji Calzoum Bachri, Tan Lie Ie (Indonesia), A.Samad Said (Malaysia), Suratman Markasan (Singapura), dan seorang pengamat sastra Melayu lulusan Universitas Leiden Jan van der Puten, memberi penghargaan tinggi pada buku ini.

Taufik Ikram Jamil yang lahir di Telukbelitung, Riau, 19 September 1963 memang menulis pada semua jenis sastra, diperlihatkan dengan penerbitan dua novelnya dan tiga kumpulan cerpen. Ia sempat meraih berbagai penghargaan dari Yayasan Sagang (1997 dan 2003).

Majalah sastra Horison pernah menobatkan cerpennya yang berjudul Menjadi Batu sebagai cerpen terbaik. Ini disusul dengan penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta yang menetapkan cerpennya Pagi Jumat Bersama Amuk sebagai cerpen utama Indonesia tahun 1998. Setahun kemudian, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kumpulan cerpennya Membaca Hang Jebat sebagai karya sastra terbaik tahun 1999.

Karyanya menarik perhatian antara lain disebabkan kemampuan mengangkat khazanah Melayu. Will Derks dari Universitas Leiden misalnya mengatakan, puisi-puisi Ikram mengawinkan kelisanan dan keberaksaraan yang memberi perlawanan pada dominasi pusat. Maman S. Mahayana dari Unversitas Indonesia menyebutkan bahwa novelnya yang berjudul Hempasan Gelombang merupakan satu dari dua novel terpenting Indonesia tahun 1990-an. Sedangkan Michael Bodden dari University of Victoria, Canada, menyebutkan bahwa karya Taufik Ikram Jamil mengajukan sebuah makna baru untuk novel warna lokal yang diubah menjadi sebuah identitas linguistik, budaya, dan sejarah yang berbeda dengan prosa Indonesia pada umumnya.

Dengan kondisi ini, Bodden melihat bahwa sastra Indonesia sedang menegaskan otonomi dari ideologi negara dan sebagian besar politikus dengan perintisan sebuah gagasan baru tentang nasionalisme dan identitas lokal.

Sehari-hari Taufik Ikram Jamil juga dikenal bergiat sebagai pekerja seni. Bersama kawan-kawan, dia sempat mendirikan majalah sastra menyimak dan berdaulat, bahkan mendirikan perguruan tinggi sekaligus berkhidmat sebagai pengajar yakni Akademi Kesenian Melayu Riau. Selain itu juga pernah menjadi Ketua Umum Dewan Kesenian Riau. Dia telah membaca kan sajak-sajaknya di berbagai kota di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

***

Leave a Reply

Bahasa ยป