Bali Dari Kaca Mata Para Perupa Asing

Rofiqi Hasan
http://www.tempointeraktif.com/

Bali rupanya masih menjadi obyek menarik bagi para perupa mancanegara untuk mengeksplorasi keindahan dan sisi mistisnya. Hal itu terlihat dalam 60 karya mereka yang dibuat sejak masa kolonial hingga abad 21 yang tengah dipamerkan di Hanna Art Space Ubud,sejak Sabtu (27/3) kemarin. ?Untuk melihat seberapa jauh pergeseran dari jaman ke jaman,? kata Arif B Prasetyo yang menjadi kurator pameran di sela acara pembukaan, Sabtu (27/3).

Dari masa kolonial tampak karya Rudolf Bonnet, Han Snel dan Arie Smith. Khusus untuk Arie Smith yang kini sudah berusia 94 tahun, terdapat pula karya mutakhir yang dibuat pada awal 2010. Sedangkan untuk masa-masa selanjutnya terdapat nama-nama seperti Anja Zwanenburg (Belanda), Bruce Serrat (UK), Emilie Sermet (Perancis), Margaretha Wiseth (Norway), Keiji Ujie (Jepang), Marck Jurt (Swiss), Piet Nuyttens (Belgia), Paul Moran (AS), Pieter Dieman (Belanda), Razclejan Salvarita (Filipina), Patrik Okorokoff (Perancis), Shan F Clergue (Perancis), Stephan Max Reinhold (Kanada), Stephen Barwell (Australia), Tineke Vermeer (Belanda), Michael Chesney (Kanada) dan Linda Buller (Australia).

Arif mengatakan, bagi perupa generasi baru, citra Bali yang romatik dan eksotik hanya tampak menonjol pada karya Paul Moran dan Shan F. Clergue. Paul Moran menjelajahi kemagisan alam dan kemolekan manusia Bali, khususnya tubuh perempuan. Penggambaran figur gadis Bali dalam lukisan Shan F. Clergue menyiratkan pandangan nostalgis tentang Bali yang murni, alami dan mistis.

Pada sejumlah perupa, ?eksotisme spiritual? kini tampil menggantikan ?eksotisme alam-budaya Bali? sebagai subjek eksplorasi kreatif. Mereka menjelajahi dimensi tak kasatmata di balik fenomena alam dan budaya Bali. Marck Jurt, Pieter Deiman dan Patrick Okorokoff, misalnya, mengekspresikan daya-daya spiritual yang memberikan karisma pada Bali. Keiji Ujie dan Tineke Vermeer menumbuhkan getar-getar energi kosmis pada karya-karya patung yang terinspirasi alam dan kehidupan di Bali.

Pengamat seni Pande Suteja Neka mengatakan pameran ini memberikan kesempatan bagi seniman Bali untuk melihat hasil karya orang luar dalam melihat Bali. ?Kalau kita kan selalu melihat dari dalam karena terlibat langsung dalam berbagai kegiatan di Bali, mungkin saja mereka lebih obyektif,? ujarnya.

Ia sendiri berharap nantinya akan muncul pelukis-pelukis asing yang bisa mempengaruhi seni rupa Bali sebagaimana telah terjadi pada masa Rudolf Bonnet , Walter Spies dan Arie Smith. Hanya kemungkinan untuk terulangnya hal itu semakin kecil, karena perubahan dalam masyarakat Bali yang tidak lagi hidup sebagai komunitas yang nyaris tertutup. Di pihak lain, para pelukis asing cenderung individualis dan hanya datang untuk menikmati serta mencari inspirasi dari Bali.

Leave a Reply

Bahasa ยป