Puisi-Puisi Ahmad Syauqi Sumbawi

Anjing Dalam Cermin

lepas sudah percuma
jam dinding berlenggang begitu saja
tanpa hangat sapa

lepas sudah percuma
jantung kesetrum voltase tinggi
lambung kulit buah kering
darah merangkaki tangga
dada terdesak muntah

lepas sudah percuma
kepala-kepala membelot, tercecer
ada mata kelereng warna simabuk
hukum-hukum terdiskualifikasi

lepas sudah percuma
muntah dada menampar hampa
kenapa?
siapa?
entah?!
anjing bertahta dalam cermin

Meredup Masa

meredup masa
menikahkan waktu
yang lalu-yang entah
?kapan tiba?

aku bosan terancam
jarum jam membentak
diam menatap
jadi biasa sebab terbiasa

ibu,
sekali ini aku tak lagi batu
kubiarkan apa saja menyapa
memberi nafas
mengisi kulit
menutup malu
menegak tulang
di mana saja
(bahkan di kampung kita)

ya, ibu. aku tahu
tak bosan-bosannya kau
mengajarkan bahwa sungguh sulit
berbagi ketika tak ada yang dibagi

tapi, ibu
aku punya ingin dan angin
meski seolah sakit asma, kini
dan bukan sombong,
di sini aku kan berdiri
dan berbagi

“entah seberapa”! Aku tak peduli?

___________________
Ahmad Syauqi Sumbawi, sastrawan kelahiran Lamongan 28 April 1980. Menulis cerpen, puisi, novel, esai, kritik, dll. Sebagian karyanya dipublikasikan di media massa. Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi: Dian Sastro For President; End of Trilogy (Insist, 2005), Malam Sastra Surabaya; MALSASA 2005 (FSB, 2005), Absurditas Rindu (2006), Khianat Waktu (DKL, 2006), Laki-Laki Tanpa Nama (DKL, 2007), Gemuruh Ruh (2007), Kabar Debu (DKL, 2008), Tabir Hujan (DKL, 2010), Darah di Bumi Syuhada (2013), Pesan Damai di Hari Jumat (2019), Menenun Rinai Hujan (2019). Dan beberapa cerpennya dapat dibaca pada kumpulan: Sepasang Bekicot Muda (Buku Laela, 2006), Bukit Kalam (DKL, 2015), Di Bawah Naungan Cahaya (Kemenag RI, 2016).
Sementara antologi tunggalnya: Tanpa Syahwat (Cerpen, 2006), Interlude di Remang Malam (Puisi, 2006), dan #2 (SastraNesia, Cerpen 2007). Novel-novelnya yang telah terbit: Dunia Kecil; Panggung & Omong Kosong (2007), Waktu; Di Pesisir Utara (2008), dan “9” (2020). Sedangkan bukunya dalam proses cetak ulang “#2,” dan Limapuluh (kumpulan puisi) segera hadir. Selain menulis, juga berkebun, dan mengelola Rumah Semesta Hikmah, dengan kajian dibidang sastra, agama dan budaya, di dusun Juwet, Doyomulyo, Kembangbahu, Lamongan.

Leave a Reply

Bahasa »