Menyulam Awan
Di remang malam, kasih berdua
tiada peduli meletik bara
berkata-kata hasrat terbina
berkereta cinta satu dilaga
Membumbung asa terbakar asmara
membungkam bisu segala tanya
jiwa berpagut bertali ada
hilang peduli juga lara
Terlarung nikmat jantung berdetam
dimana cinta hanyut tenggelam
meliuk, meradang, pun surya terbenam
O, bulan separuh juga
: digelut malam
2009
Opera
Kerlap kerlip lampu panggung
Berhias lagu tari menawan
Katre* cantik elok rupawan
Penonton riang katre berdendang
Dalam rancak tari menari
Tangan kaki gemulai melambai
Tiada tampak gelisah wajahnya
Tidaklah tentu gembira hatinya
Nyala lampu terang benderang
Tanda usai lagam opera
Katre cantik di balik panggung
Kembali tersadar pada realita
Apa daya dengan yang terjadi
Bersulang pedih balada hati
Mendulang mimpi jadi bidadari
Di alam nyata dihujat dan dimaki
Itu kisah katre penari
Bunganya hidup penuh duri
Paksa wajah tetap berseri
Walau takdir tak seelok baiduri
Bangkok 18.3.08
Katre* (bhs. Thailand) = Waria
Imam dan Makmum
Ada cerita bapak yang imam
Calonkan diri jadi hakim
Susun konsep siang malam
Fajar tiba sebar salam
Halus lembut tutur kata
Senyum ngembang bak purnama
Rapat tersimpan niat utama
Sebelum didapat tahta singasana
Pergi ke mimbar bagikan petuah
Bicara moral penuh kharomah
Anak di rumah bertanya hikmah
Bapak yang imam bilang terserah
Anak bini di rumah makmum
Takut menegur bapak yang imam
Cacat di dalam di luar harum
Bapak imam begitu makmum
Oalah apa kata akhirat??!
2009
Pada Lima
Kala pati dera jiwa
Buta hati juga rasa
Bila haus puja puji
Akal budi lalu mati
Jika umat taat adat
Jauh cela jauh dosa
Yang niat yang kuat
Biar raya biar jaya
Hayo kita sama laju
Ajak mata juga atma
Jaga tata pada lima
Pada niat daya usia
Usir jauh duka lara
Laku baik saka diri
Bila padu visi misi
cita cita luah suka
2009
Karakter dasar penciptaan karya puisi 4444 ini, didasari:
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
Pada satu kesatuan birama.
Rinai Khatulistiwa
Kibar sangsaka darah pejuang
Airmata doa menyulam bakti
Menerjang serang diantara desing
Relakan Harta terkubur mati
O, kenapa Negeriku kini mati suri
Harkat martabat janda pahlawan di kebiri
Koran tv disesaki korupsi dan pornografi
Tak lagi tentram tak lagi lohjinawi
Duhai wahai semesta Kalam
Segala sumber bersemayam di jiwa
Adalah negeri seindah pualam
Terjerat kelam tanpa rampai bunga surga
Duhai wahai semesta Kalam
Mandat rakyat amanah Illahi
Biar negeri dalam burai
Hidup matiku di bumi pertiwi
2009
Getar Rindu
Rindu, kupetik dawai kecapi
Lantunkan tembang tembang syurgawi
Memikat syahdu bidadari hati
Memindai jiwa mengusir sepi
Mengalun lembut irama lagu
Syahdu terbawa hembusan bayu
Lembut menerpa mendayu dayu
Kuhantar sayang cumbu dan rayu
Dengan selaksa rasa surgawi
Aku hantarkan lagi melodi
Merdu berdenting dawai kecapi
Kuingin dirimu riang bernyanyi
Duhai engkau cahaya jiwa
Buang jauh pilu nestapa
Datang, datanglah di altar cinta
Esok bersua berlapak* bahagia
2009
Hati
Berkasih mesra saling bercerita
Tentang rindang pohon cinta
Terlukiskan indah segala di puja
Aksara kata syahdu adanya
Namun kala hati terluka
Prasasti cinta sisakan prahara
Menista kekasih tiada asmara
Berat dirasa tanpa asa
Duhai airmata wajah nestapa
Dalam hening hantarkan haru
Meratap ratap tersayat sembilu
Sesali hidup pada segala
Sekarang apa mau dikata
Laju waktu tak henti jua
Pun kau simpan lara
Rugi di diri, bukan di dia
2009
Siluet Cinta
di tapal batas cakrawala
siluet putih membias cahaya
melarik, keluar dari riak telaga cinta
dan di sana, jiwaku melihatmu ada
menari riang laksana dewi
bersenandung merdu tiada terperi
dalam lantunan puja-puji asmara
lembut sukmamu percikan air suci cinta
lihat, betapa hasratku menggandengmu mesra
segenap rasa, kusambut asa sejiwa
kucumbu, kurebah, pada bailirung cinta
kudekap, kulumat dengan ritual doa
di sana, dalam balutan peluh asmara
kita panjatkan berlaksa doa
atasNya, untuk-ku, dan untuk-mu
kesetiaan cinta tersemai Kalbu
2009
Semangkok Gado-gado Bahasa
adalah cerita terune dan dedare*
berkasih kasih di bale-bale
Tidak takut yang namanya gonore*
Sex bebas, membudaya jadi image
Dasar memang jaman brekele*
Petuah tetua dianggap sepele
Etika moral dikata mana ketehe*
Malah triping geleng-geleng seperti lele
Berlagak kaya sok perlente
Lauk tempe dibilang kere
Tak peduli tangis emak babe
Utamakan gengsi jaga prestise
Ini sajak akhiran “E”
Boleh baca asal gak bete?
Bila dirasa penuh satire*
Orang betawi bilang, maafin aje*
2009
aje*/saje (betawi) = saja
terune dan dedare* (sasak) = jejaka dan dara
brekele* = ruwet/kacau (bahasa gaul!)
mana ketehe* (bahasa gaul) = mana ku tahu
gonore* = jenis penyakit kelamin akibat bakteri gonokokus dan mudah menular akibat hubungan seksual
satire* = gaya bahasa dalam kesusastraan yang mengandung sindiran halus.