Puisi-Puisi Kurniawan Yunianto

PEREMPUAN ITU SEKARAT

nafasmu kian berat
senyummu mulai berkarat
menggigil di antara siuman dan pingsan

heran masih saja
kami terjaga dalam mimpi panjang
tentang bagaimana menggemukkan badan
serta segala macam cara menjualnya

barangkali saat terbangun
garigaris telapak tangan kami
telah begitu kendur tumpang tindih
serupa benang hitam panjang tersimpulsimpul
tak jelas mana ujung mana pangkal

bukan kerna senyummu
yang membuat anakanakmu kurus kelaparan
memenuhi tanah dengan serpihan tulang

sungguh dan ternyata memang bukan
kerna senyummu

I b u

24.02.2010

MENEMU BATU

tangis tawa
tanpa suara

suka duka
satu nyawa

hening geming
di urat batu

pada tekstur yang sama
usai tanpa kata

25.02.2010

BUNGA MENGERING KEPADA TANAH BASAH

lama sengit bersitegang
hingga anginpun mengalah pergi ke utara
meninggalkanmu bertahan pada tangkai rapuh
kau makin kecoklatan menolak luruh

biarlah sampai aku lelah mengering
dan kau akan lebih cepat membuatku busuk
lumat dalam dekap rindu paling purba

begitu kau bilang sambil menatap bayangmu
yang telah lama menegas di wajahku

26.02.2010

SETANGKAI MAWAR TERSELIP
PADA BUKU HARIAN

setangkai bunga erat digenggaman
barangkali memang hanya keyakinan
untuk menunjukkan semangat hidup
yang nyaris redup beberapa waktu
saat kabar bersampul kelabu sampai
pada mata yang mulai lelah menyala

dan genggamanmu makin erat sebelum
akhirnya kau lepas bersama seuntai senyum

kini bunga itu telah pipih kecoklatan
bertahun terselip di sebuah halaman
buku harian yang menceritakan kisah
tentang perjalanan kupukupu jantan
ke sebuah cahaya yang dirinduinya
setelah sehari bersama sang betina
menjelajahi luasnya taman bunga

kubaca buku harianmu itu di depan pusaramu
wangi bunga yang tak pernah pudar oleh waktu

dan kaupun tahu
aku tak harus menjadi kupukupu jantan
untuk sebuah kematian yang bakal terulang

___________
terpahat di batu nisan tanggal kematianmu
yang juga merupakan hari kelahiranku
duapuluhsatu tahun yang lalu

28.02.2010

GAMBAR BAU MINYAK TELON

kau timang tubuhnya masih bau minyak telon
lalu sebuah tembang kau lantunkan

sudahkah ia tertidur pulas tanyaku
belum katamu ia hanya pejamkan mata
mungkin sekedar melepas lelah
setelah melihat kita seharian membanting tulang

biarlah tetap begini aku tak ingin ia tertidur
suaramu terdengar meyakinkan dengan mata
tetap memandang wajahnya yang mungil
dan nyanyianmu terus melantun hingga pagi

lalu kembali kita sengit bergelut dengan matahari

bertahun kemudian
aku masih saja mencium bau minyak telon
saat melihat gambarnya yang kusangka spongebob
padahal menurut anak kita — kotak berambut —

dan lirih tembangmu masih terngiang
mengingatkan kami agar tetap tak tidur
setia menjaga jarak terhadap mimpi dan lelap

01.03.2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *