infoanda.com/Republika
TAKUT
aku mencintaimu
bukan karena cinta atas lawan jenis
sering kali menjadi aib di kota ini
dan terpaksa merebut tempat-tempat
untuk bersembunyi
termasuk hatiku yang rusak
tak ada yang setangguh sakitmu
untuk menemanimu:
tak ada yang berbicara denganmu
— dan inilah soalnya
semua ini akan membuatku gila
gila tubuhku, gila pikirankau, gila hatiku
aku akan menutup pintu dan duduk:
mendengarkan malam mengusir
lagu-lagu
yang tanggung, yang menjadi batas
atas perbuatanku dan mimpi
tapi kau terus saja berlesatan
— masuk ke kamarku
yang bahkan terkunci bagi suami
dan anakku
bagaimana aku dapat meninggalkanmu
di tengah impian yang marah
dan patah berulangkali itu
— bagaimana aku harus menikammu?
aku tak dapat membayangkan
kau tidur di bawah apa pun
sementara gairahku mengidap kesendirian
(di antara orang-orang mati itu)
bagaimana aku dapat merebutmu
dari tubuhku sendiri?
Yogyakarta, 2006
SURAT KALENG
di suatu tempat yang tidak pasti
seorang perempuan sedang membaca surat
dari pengirim yang tak pernah dikenalnya
isi surat itu berdenging-denging
bunyi-bunyi dari jarak yang berbeda-beda
mendekat, berputar dan mundur
mereka menjelma penyakit di kepalanya
penyakit itu memudar di musim hujan
anak-anak mengigau kerasukan dingin
menggantikan penderitaannya
dengan cara yang lebih nyata
tapi jika ia di gedung sekelas supermarket
terlalu sedikit jalan keluar
di dalam supermarket tak pernah ada musim hujan
siang dan malamnya diambil alih lampu-lampu ruang
cuaca menjadi hal yang begitu personal
dan ia tak sadar sudah berapa banyak suara
yang ia dengar sepanjang entah berapa lama
dan sungguh, kedengarannya tak akan ada istirahat
semua yang ia dengar terus membentur apa yang ia baca
sementara ia, seperti kebanyakan perempuan
selalu gusar oleh khayalan
sementara persoalan sahabat penanya
melulu kegemaran mengancam dan memberi hadiah
ia mungkin ingin menguap
di kaca jendela rumah pengirim itu
dan menuliskan sebuah kalimat di situ
: “aku pergi dulu”
lalu mencoba menghilang
dalam waktu orang-orang tidur
tapi ah, barangkali ia sedang duduk di sebuah halte
di mana mesin-mesin mobil berdentaman dengan jelas
satu per satu orang bergegas
dan tak seorang pun dari mereka
menangis karena surat kaleng
yang sedang dibacanya
sendirian saja
Yogyakarta, 2006
Dina Oktaviani, lahir di Tanjungkarang 11 Oktober 1985. Banyak menulis puisi dan cerpen, yang dipublikasikan di berbagai media pusat dan daerah. Buku pertamanya, Como Un Sueto (Kumpulan cerpen-Orakel, 2005). Buku puisinya yang akan segera terbit, Biografi Kehilangan (Penerbit InsistPress, 2006). Kini menjadi editor pada BlockNotPoetry untuk BlockNotInstitute Yogyakarta.