http://www.lampungpost.com/
Gadis Laut
dirimu ialah gadis laut
yang merendamku dalam biru
hingga aku harus berpaut
di labuh pantaimu
aku hendak menelusuri tubuh
nan agung serupa genderang tabuh
nyanyian tak karam dan lena
namun abadi di samudra semesta
biar aku cipta perahu
dan berlayar di tubuhmu
meski layar kembang tegak sepi
dirimu ada seiring deru
Padang, Nov 2009
Dua kisah Hujan
/1/
datanglah dirimu walau sebagai hujan
karena kenanganmu kerap datang
menjelma dingin di sebuah pesta sepi
kita masih usap gigil sendiri-sendiri
/2/
di detak basah almanak pertemukan kita
depan halaman rimbun penuh genang
menjelmakan dua tubuh ini jadi bening
kata mengumpul dan jadi kisah
Padang, Nov 09
Senja Belia
apa itu jingga
berkumpul di pelupuk mata
serupa saga membakar kata
tanda senja telah tiba
aku harus menunggu dimana
dan engkau ada serta
Padang, Des 09
Lagu
-untuk Edmund Waller
lagu berjalanlah dirimu dan katakan pada waktu
yang telah buang aku hingga terjebak
antara saat ini dan masa lalu
lagu berkatalah dirimu dan katakan kegembiraan
ketika aku menggubahmu jadi lagu
betapa manis dan bijak tiap baris lirikmu
lagu berbahagialah dirimu dan katakan pada masa mudaku
jika hijau bersemi lagi dalam pasir gurun
terus bersenandung dan titikkan embun
di dua belah bibir pengembara
lagu betapa cantik dirimu dan menjelmalah serupa lilin merah
di pesta kelahiranku yang tak pernah usai
menyala terus jangan padam dan leleh
hingga gelap jadi raja
lagu betapa hangat dirimu dan beribu doa terucap di hadapmu
jadilah senandung agung yang mendayu melodi ritmis
dihias terang benderang cahaya pengorbanan
Padang, September 2009
Pohon Harapan
saat lahir dulu tubuh ini ialah raja
menghimpun tiap doa di tangannya
hingga bercerai satu satu
jelang musim kemarau
tak ada tangkap embun
menjelang usia yang himpun
oleh putaran waktu dalam lapis
melingkar tubuh kian kikis
serta teman teman dari langit
datang dengan perlawanan sengit
hendak merampungkan hidup
yang kian waktu tambah redup
ketika tubuh mati dalam hijau
karena kaki tak menghujam ke tanah
dan angin meniupkan amarah
itulah hari diraja bisu
jangan hilang semua harap
walau terasa hari hari pengap
karena tubuh takkan mengakar disini
setelah beberapa saat nanti
Tanjung Paku, September 2009
Fernando, lahir 21 Juni 1988 di Padang, Sumatera Barat. Kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab, IAIN Imam Bonjol Padang. Bergiat di Sanggar Pelangi dan Teater Cabang. Beberapa sajak terbit di sejumlah media massa.