Sajak-Sajak Kurniawan Yunianto

MULAI TERGODA SEBAGAI PENEMU

kenapa kau ceritakan
kambing berkumis kepada orang buta
sedangkan kisahmu tentang penggali kubur
yang menemukan dua mayat berusia puluhan tahun
dengan kondisi bertolakbelakang
masih saja bikin perut mual dan kepala pusing

lalu kau hanya bisa bilang anjing !
saat membalas katakata yang membuatmu gusar
kerna tak pernah tahu dari siapa kalimat itu terucap

nafas langit seolah lenyap ditingkah tangis banyak orang
yang begitu bangga bergelar pencari
kaukah salah satunya tanpa menemu apaapa
berulang dan berulang sibuk mencari
repot bertanya tak pernah sudah

sepertinya masih kurang jelas ruparupa tanda dan isyarat alam
maka diamlah sayang diam

sampai pelahan senyummu mulai mengembang
bersama pandang mata yang paling bisu dan sunyi

SUAR

ketika tubuh adalah kumpulan organ siasia
yang telah mati berjuta tahun sejak dilahirkan
sekalipun sebuah kebenaran yang amat langka
kepadamu aku tak mau lagi mengirimkan katakata

dan cerita tentang bunga yang seluruhnya hitam
biarlah menjadi lembarlembar usang berdebu
berserakan di tiap pojok ruang yang dindingnya
selalu memandang dengan tatapan beku

di atas tikar lusuh tubuhku hanya bersimpuh
tak lagi menyebutpanggil sebuah nama

hingga suatu ketika saat malam sampai ke puncak
jejak hujan bikin becek jalanan menuju rumah
membuat kakikaki belepotan lunglai di depan pintu
mungkin kau hanya sekedar lelah kepengin istirah

atau lampu beranda telah menjadi seolah suar
bagi laronlaron yang belum terbakar

20.02.2010

RUMAH KITA

mungkin tadinya hanya canda
pelepas dahaga bagi pengelana
yang setia berjalan dalam diri
tak pernah ingin melepaskan sunyi

selepas tawa yang kauperlihatkan
lama aku memikirkan keras gigimu
saat kau adu dengan kenyataan
di sebuah kamar yang bikin ngilu

pecah berkepingkeping di mulutmu
piring gelas ranjang komputer televisi
lalu satusatu kau muntahsemburkan
beberapa ada yang nancap di mataku

lalu nyaris seluruh bagian tubuh
bergantian memasuki semua lubang
jarak pandang jadi kian jauh kian lebar
dan tubuh inipun makin melar

ruangan itu kini menjadi begitu sempit
untuk sebuah perbincangan
tentang kenyataan yang bakal pecah
pada hati yang masih setia berpaut

tak terasa pelahan pernikahan kita
meninggi mukim di luas semesta

18.02.2010

SEPERTI TELUR BUSUK

mungkin terlalu lama memeram diri
serupa telur kemudian membusuk
terlarung ke sungai yang kali ini
tetap memuara ke kodratnya

bukankah selalu pasti
waktu dan peristiwa yang menaburi
tapi jarum jam serasa enggan bergerak
bermalasan di angka yang sama

maka siapkan saja sesaji
nasi tumpeng jantung dan paruparu
agar paling tidak masih dapat
berdetak bernafas dan menjadi lagu

penyatuan kehendak
kepada Yang selama ini memilihkan
peran dan segala rupa fungsi
pada kemurnian hati

kayon yang bakal tertancap ke bumi
dan segala macam janji

menjadi tak penting lagi

17.02.2010

SEPERTI PREMATUR

ternyata memang kesedihan
yang kini bikin kau dan orangorang
mengeluarkan air mata
hanya aku mungkin
dengan pandang kosong
tertawa melihat diriku menangis
di sampingmu tujuh hari sebelumnya
saat pecahan cahaya
pada masingmasing lintasannya
dan kabar duka masih
dikandung rahim semesta

CIKAL BAKAL HUTAN
:isteri isteriku

malam

kita bersenggama dengan hebat
kau menjeritjerit aku meradang
kita tertawa dan menangis
dalam bahasa yang hanya terutara
dari kalbu yang telah tiris
kepada jiwa yang dahaga
inilah orgasme tanpa basah
dengan akhir kata terimakasih
yang bukankah awal dari rasa syukur
yang tak pernah sudah

pagi

lihatlah anak kita tak sabar
untuk segera dilahirkan
dan makin erat kita berdekapan
tidakkah mulai kau cium
nafasnya yang naga
aroma yang begitu tanah
subur cikal bakal hutan belantara
bumilah engkau kekasih
tenang dalam kesabaran
kesetiaan yang teruji
pada segala macam cinta terlewati

terulang nyaris tiap malam
melalui segala musim ruparupa cuaca

13.02.2010

SUDAHKAH KAU MINUM

di sebuah cafe kau bersamaku
screaming orgasm yang mutakhir
atau merah klasik bloody marrie
tapi aku hanya butuh arak bekonang

masingmasing sendirian mabuk
mulutpun belepotan seolah mantra
ceritamu tentang dongeng puteri raja
sementara aku menuliskan kisah nyata

bergantian nyaris tanpa henti
menyanyi menari meliukkan tubuh
suara makin riuh pelahan kaki menapak
tertatihtatih menyusuri peta buta

saat jeda persinggahan ke sekian
pada dinding sebuah warung wedang
kutinggalkan bayangbayangku
bersama aroma rempahrempah

bukan wangi bunga bukan harum candu
dan hidup jadi terasa lebih nyata

masa lalu pertemuan mimpi juga kata
menemukan dunianya dalam bingkai
serupa sekatsekat tak terlihat

betapa ingin menjadi terserah Kamu
seperti janji yang belum terlunasi
tertunda sebagai hantu di tiap tidur

nyaris di sepanjang perjalanan
menjelma kenyataan yang terlupakan
dan kita masih sibuk menghitung umur

11.02.2010

Leave a Reply

Bahasa ยป