Sitok Perankan Sosok Hamangkubuwono VII

Benny Benke
suaramerdeka.com

SITOK Srengenge, penyair yang pernah ditempatkan namanya sebagai salah seorang Leader of Millennium dalam bidang sosial budaya dari majalah Asianweek (2000), dipercaya memerankan sosok Sri Sultan Hamangkubuwono VII.

Dalam film yang berangkat dari naskah dan penyutradaraan Hanung Bramantyo berjudul Sang Pencerah, Sitok bahkan diberi kebebasan untuk menginterpretasikan sosok Raja Jawa tersebut. “Tentu setelah melewati berbagai proses diskusi,” ujarnya.

Syuting perdana yang berlangsung Minggu (30/5) di Sasono Hinggil, Kraton Yogyakarta, penyair yang melahirkan antalogi puisi Persetubuhan Liar (1992, 1994), Kelenjar Bekisar Jantan (2000), Anak Jadah (2000), Nonsens (2000), Ambrosia (2005) dan On Nothing, Selected Poems (2005) itu, mendapatkan sembilan adegan hingga pukul 24.00. Direncanakan 9-16 Juni, ia kembali memamerkan kemampuan aktingnya dengan latar Masjid Kauman dan Pantai Parangkusumo, Yogyakarta.

113 Halaman Sitok mengaku seperti kembali ke masa lalu, saat dirinya disodori naskah skenario yang harus dihafal, dimengerti, dan didalami setebal 113 halaman.

Sebagai catatan, penyair kelahiran Dorolegi, Godong, Purwodadi Grobogan, 22 Agustus 1965 itu, pernah bergabung lama dan merupakan anak emas mendiang WS Rendra.

Pada 1986, Sitok terlibat dalam lakon fenomenal Bengkel Teater berjudul Panembahan Reso, berperan sebagai Adipati Wongso. Panembahan Reso yang ditulis dan disutradarai Rendra berjalan maraton tujuh jam. Sebuah rekor pementasan teater terpanjang yang belum terpatahkan hingga sekarang.

Waktu itu, kenangnya, naskah yang harus dihafalkan lebih tebal dari Sang Pencerah. Tak heran bila naskah Sang Pencerah, baginya bukan sesuatu yang menyulitkan.

Sang Pencerah, sebagaimana harapan Hanung adalah film biopik yang berpusat pada kisah pendiri pergerakan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Pemeran KH Ahmad Dahlan dipercayakan kepada aktor Lukman Sardi.

Lantas, bagaimana aktor teater dan penyair sekelas Sitok bisa didapuk menjadi Sri Sultan Hamangkubowono VII?

“Secara fisik, Hanung menilai bahwa saya mempunyai kemiripan dengan Sri Sultan,” ujar penulis prosa Para Pembohong (1996) dan novel Menggarami Burung Terbang (2004) tersebut.

Selain itu, sebagaimana ditulis sejarah resmi, Sri Sultan Hamangkubuwono VII adalah pendukung pergerakan Indonesia berwawasan luas. Juga, berjiwa nasionalisme dan merupakan salah satu raja berkharisma yang mendukung sistem pendidikan modern di Jawa. “Kemiripan dan kemampuan intelektual itu yang mungkin ditangkap Hanung atas keberadaan saya,” imbuhnya berkelakar.

Secara keseluruhan skenario Sang Pencerah di mata Sitok cukup bagus. Hanya, dia belum bisa menilai apakah film tersebut secara utuh mampu menghidupkan naskah yang sudah kuat. Karena, menjalin bahasa gambar yang terbangun dari berbagai adegan bukan pekerjaan mudah. “Apakah alur bisa menjadi kuat atau tidak, harus menilainya secara utuh. Paling tidak, ketika film sudah usai,” pungkasnya.
***

Leave a Reply

Bahasa ยป