Rukardi, Fahmi
suaramerdeka.com
”Seputih kokain sebening vodka seharum bunga ganja teriring pikiran yang melayang. Mohon maaf lahir batin di hari Lebaran mesq sekecil inex …” (08157646xxx)
KALAU Anda seorang muslim dan punya telepon genggam tentu pernah mendapat ucapan selamat Idul Fitri melalui short message service (SMS) selama Lebaran. Entah dari rekan kerja, pacar, orang tua, kenalan, saudara, sahabat, atasan, bawahan, atau teman. Tak ketinggalan, Anda tentu juga berkehendak memberi balasan.
Ucapan selamat yang dikirim sebagai pengganti kartu Lebaran itu pada umumnya menggunakan rangkaian kata indah, puitis dan berbunga-bunga. Kalimat-kalimat tersebut boleh jadi hasil karya sendiri, mengutip ucapan orang, atau cuma melakukan forward SMS kiriman.
Simak misal SMS berikut ini: ”Andai jemari tak sempat berjabat, raga tak bisa bertatap. Andai ada kata membekas lara, menusuk sukma, semoga pintu maaf masih terbuka. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1426 H, maaf lahir batin” atau ”Tuhan pintar benar mendesain hidup. Luka tumbuh, luka dibunuh. Selamat Idul Fitri, mohon maaf atas segala kekhilafan”.
SMS pertama disusun dengan persajakan yang terjaga, jika diucap terdengar enak di telinga. Tak heran jika kalimat yang tak jelas siapa penyusunnya kali pertama itu kerap di-forward ulang ke nomor-nomor lain. Hingga acap kali kita menerimanya dari beberapa nomor yang berbeda. Nyaris serupa, SMS kedua juga mencoba bermain-main dengan rima. Namun, dengan pilihan kata yang bernas, ia terasa lebih kental beraroma sastra. Ya, saat Lebaran banyak orang tiba-tiba jadi sastrawan dadakan.
Di luar genre sastra, banyak pula ucapan SMS yang bernada canda. Jenis ini dikirimkan terutama dari dan kepada teman-teman akrab. Kutipan SMS pada awal tulisan ini misalnya, berupaya memantik saraf ketawa kita dengan idiom-idiom ”seputih kokain”, ”sebening vodka”, ”seharum bunga ganja”, dan seterusnya. Apakah si pengirim seorang yang bergaul rapat dengan narkoba? Wallahu a’lam bisawab.
Ucapan menggelitik lain? ”Hatiqu ga sebening XL n ga secerah MENTARI, banyak khilaf aqu buwat. FREN, aqu pinta SIMPATImu, BEBASkanqu dengan maafmu. Met Hari Raya Idul Fitri, moga ibadah qita dapat acungan JEMPOL.”
Memperhalus Jiwa
Termasuk dalam genre ini adalah kalimat ucapan yang mengutip dialek khas tokoh sinetron di televisi, seperti ”Sst … tau kagak rahasia ilmu ikhlas? Ane barusan dapat SMS dari Haji Romli: Carenye, maapin aje orang nyang banyak khilaf ni. Gampang kan?” (Sinetron Kiamat Sudah Dekat) dan ”Maaf, bukannya telat bukannya ketiduran. Maaf, bukannya mau ganggu bukannya pengen ribut. Kami berdua mau bilang SELAMAT IDUL FITRI, maafin semua kesalahan” (Mpok Minah dalam sinetron Bajaj Bajuri)
Selain itu, ada ragam ucapan yang disampaikan dalam bahasa Jawa dari yang ngoko, krama, sampai bagongan (bahasa Jawa keraton). Dalam bentuk pantun, seperti ”Ketupat sambal ati, selamat Idul Fitri” atau yang amat simpel ”0=0”.
Dosen Fakultas Sastra Undip Drs Redyanto Noor MHum menangkap kemerebakan ucapan selamat lewat SMS sebagai diterimanya karya sastra di tengah masyarakat.
Jika dibiasakan, sastra akan menjadi sebuah kebutuhan. Sementara itu, kondisi tersebut merupakan bagian awal dari proses pengenalan susastra.
***