Agus Sulton
Naskah Syair Kanjeng Nabi (SKN) adalah naskah pegon yang tersimpan sebagai koleksi pribadi oleh Agus Sulton. Naskah ini ditulis dalam bentuk syair, kemudian dilakukan proses transliterasi ke dalam huruf Latin dan dilakukan suntingan teks berdasarkan cara kerja filologi. Menurut Edwar Djamaris (2002: 9) tujuan penelitian filologi adalah unutk mentransliterasi teks dengan tugas utama menjaga keaslian penulisan kata/arti, menyunting teks dengan sebaik-baiknya, dan mendeskripsikan kedudukan dan fungsi naskah. Dalam hal ini, menyangkut manfaat, jenis dari karya karya, dan apa fungsi naskah tersebut, sehingga teks merupakan prioritas utama sebagai dasar untuk melakukan analisis.
Secara garis besarnya teks SKN menceritakan tentang silsilah keluarga Nabi Muhammad beserta kehidupannya pada saat ditinggal ayah dan ibunya meninggal dunia. Di sini juga dijelaskan bahwa Nabi Muhammad merupakan pembawa kebahagiaan dan digambarkan sebagai sosok teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya umat manusia memohonkan safaat. Tidak satupun makhluk yang mencapai kesempurnaan yang dicapai oleh Muhammad.
Dalam teks SKN menceritakan juga sosok malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah Khodijah. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Wahyu turun bersamaan dengan lima puluh sariat. Kemudian para sahabat Nabi mempercayai akan sariat tersebut.
Dilanjutkan penceritaan seputar Nabi Muhammad pada saat dipotong rambutnya oleh malaikat jibril bertepatan bulan Ramadan tanggal sembilan belas hari senin setelah pulang dari perang Lahad di Madinan dengan dilihat sahabat-sahabar Nabi Muhammad dan para bidadari yang baru turun dari surga. Mengenai jumlah rambut Nabi Muhammad, dalam teks SKN di jelaskan bahwa rambutnya ada seribu macam, tepatnya satu keti (10.000), ditambah satu leksa (100.000), ditambah tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga, jadi jumlahnya sekitar 11. 3333 biji rambut.
Dari konsep cerita tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpulan tentang fungsi dari cerita itu sendiri, dan ini dimunculkan dalam teks SKN. Deskripsi singkatnya, untuk siapa saja yang mahu menyimpan cerita (syair) ini, maka akan selamat dari siksa kubur, semua dosa akan dimaafkan, pada saat di akhirat nanti malaikat Mungkar dan Nangkir tidak akan bertanya tentang amal berpuatan, dan masuk surga.
Tentang fungsinya di dunia, teks SKN menceritakan pemerolehan kemuliaan di dunia, cepat dapat kerja, semasa hidupnya tidak akan kekurangan rizki, dan akan kafir matinya apabila meremehkan syair ini atau menghina Nabi Muhammad. Bagi siapa yang sering membaca syair ini, maka akan dapat safaat dari Nabi Muhammad.
Sebelum akhir cerita teks SKN, juga ditunjukkan bahwa syair ini selesai dutulis pada hari Minggu tanggal 19 Rabiul Awal, tepatnya pasaran Wage tahun 1327 Hijriah atau 1906 M (104 tahun dari sekarang), tetapi nama penulisnya tidak dicantumkan dalam teks SKN (anonim).
Namun setelah penulis melakukan analisis lebih lanjut naskah SKN hampir mempunya kemiripan dengan cerita Hikayat Nabi Bercukur. Nakah Hikayat Nabi Bercukur tersimpan dibeberapa perpustakaan di dunia, di PNRI tersimpan tuju buah naskah, selanjutnya tersimpan di Leiden, London, dan di ?sGravenhage. Naskah Hikayat Nabi Bercukur terdiri atas beberapa macam bahasa, misalnya bahasa Makasar, bahasa Bugis, bahasa Sunda yang pernah dimuat oleh Grashuis dalam buku bacaannya pada tahun 1874, dan bahasa Aceh dengan nama Nabi Meucuko (Hikayat Nabi Bercukur). Menurut Asdi S. Dipodjojo (1986: 79) Hikayat ini juga pernah diterbitkan di Jakarta pada tahun 1953 dan di Singapura sampai berulang kali terbit.
Akhrinya penulis menemukan suatu titik temua, bahwa SKN bisa dipastikan merupan versi Hikayat Nabi Bercukur versi pegon, tetapi dalam versi pegon (Arab-Jawa) untuk sementara naskah ini merupakan naskah tunggal dan ditulis dalam bentuk syair. Namun apapun bahasanya, tujuan hakiki dari penelitian filologi tidak lain untuk menggali dan melestarikan nilai-nilai luhur budaya masa lampau yang tersurat dalam naskah-naskah kuno dari peninggalan nenek moyang.
*) Tinggal dan berkarya di Ngoro, Jombang, Jawa Timur.