Mengeja Detik
malam gelap memintal bulan
tubuh-tubuh kecil tidur lelap
tapi mata tua melompat
menyeret air mata. di bilik
suara tokek
memanggil-manggil mengeja detik detak duka nestapa
sayup pada pucuk rindu
seorang tua mengutip kata yang tercecer dalam
penantian dua sahabat yang menjemput pada perjalanan panjang
di selasar yang ada di mataku, doa riuh bergemuruh
sejuta cerita sejuta luka
kurasakan dalam geletar jiwa
dalam hening, mata ku katup
o… bersama-Mu
inginku waktu berhenti jua
di sepertiga malam menyonsong subuh
deras air mata membasuh rasa
kabut dan embun rebah
di pucuk kuncup daun-daun hijau
gemuruh suara semakin mendesak menyesak dada
doaku
di titian embun
1 Oktober 2010
Nyanyian Rindu Di Kota Sunyi
Malam kian teluk ombak debur yang keluk
di ceruk diri jiwaku telanjang?? menekuk
Saat kuingat kekasih
ada ketinggian roh dalam sunyinya doa
di sana, dilekat jantung, duriduri tercerabut
menakar tetesan perih pada rentan retak perigi kejujuran
Pada ketelanjangan, jiwa siapakah itu yang berdiri di ujung simpul
melafalkan doa seperti mata pecinta menatap gugur kamboja
luruh dedaun memeluk tanah satu satu: O, cium mihrab-Ku
akan kau temu cahaya diantara dua alis yang bersujud
dengan beribu derit suara mengetuk-ngetuk pintu keabadian
Aku di sana
di sepanjang jejak-jejak tertinggal
air mata yang saling bersitatap
mengeja baitbait
21 September 2010
Tobat
Terlalu sering mata ini berdusta
Bibir berlafal telinga menuli
Sedang jiwa tanpa malu meminta
Indahnya purnama dan terang mentari
Benarkah seperti itu hakikat mencari?
Mengenal Tuhan berseakan bermain dadu
Sepenuh kehendak sepenuh alpa
Di langit hatiku awan sembahyang
Bergumpal-gumpal putih gemawan
Turun rendah ilalang berliuk
O, sujud doaku tak bertepuk
19 September 2010
Gerimis Mengiris Bulan Menangis
Kaya raya mimpi semalam
Pagi terbangun tiada bersisa
Betapa sarau segala fana
Kenapa tapi terbu(a)i hamba
Subur ajaran jiwa tandus
Mengejar iman membabi buta
Membaca Kalam, namun, batin meniada
Duka sesama tiada diharga
O nyata benar sempitnya akal
Penggembala kecil menoreh luka
Gerimis mengiris di Masjidilaksa
Bulan menangis di atas Katedral
Berjalan atasnamakan kebenaran agama
Tapi majnun diajak penjarakan sang Maha
14 September 2010
Mata Dalam Secangkir Kopi
dua biji mata dalam secangkir kopi. panas. mencari lupa
uap putih membumbung ke atas hilang jauh di alam raya
melewati jeram membawa deram akhirnya jatuh terlepas
di dasar lembah, o, banyak kepak burung patah berharap
takdir menciptakan awan perjumpaan. namun tanpa kawan
mimpi berjalan sendiri
dua biji mata yang tertinggal dalam secangkir kopi. pecah
bagaimana bisa tanpa kepak membuat tak tercenung?
Lihat! bulu-bulu sayap yang rontok dicabuti waktu mengikuti air
mengapung arus angin semilir memandang awan siam beriring
ingat senja
11 September 2010
OASIS
Mewujudkan harapan laksana di tengah sahara
terik surya mengaburkan segala pandang
Datang badai debu arah tuju pecah dua cabang
ujung antaranya berupa tanda tanya
Keyakinan yang kuat tak dihantui waktu
apapun sebab di sahara langit tetaplah ada
Seperti kaktus hidup tiada peduli banyaknya tirta
segala duri di tubuh disyukuri selayaknya wahyu
Adakah hidup tanpa arungi derita?
8 September 2010
Mengenal Luka Mengenal Kekasih
Serumpun luka di kelopak rindu berlari menjeritjerit membelah angin menuruni gunung dan bebukit dikelilingi sungaisungai keinginan kekasih yang hanya berharap suka cita tanpa luka derita sedangkan luka derita itu jalan lurus di kelopak rindu bagi pecinta dan betapa sebenarnya kelopak rindu itu aku yang tak pernah menyerah mencari jalan terang keabadian hingga kekasih yang tiada lain dari ketinggian gunung dan bebukit keakuanku mengerti segala sesuatu terbatas dan batas itu hak misteri penciptaan.
4.9.2010