Ika Feni Setiyaningrum
suarakarya-online.com
Saat ini pendidikan di Indonesia lebih ditekankan pada penguasaan konsep dan materi. Memang, ini bukan hal yang salah. Namun, kegiatan berbasis aplikasi atau praktik juga harus diperhatikan keberadaannya. Saat ini, siswa, terutama yang berada di jenjang SD-SMP-SMA, lebih dituntut berada dalam kelas. Mereka mendengarkan guru berbicara dan memutar slide power point (bagi kelas berbasis ICT) yang membuat mereka bosan. Kemudian setelah guru selesai menerangkan, mereka diberi kesempatan untuk menjawab.
Sebenarnya pendidikan yang seperti ini tak cukup. Siswa membutuhkan “ladang” untuk berekspresi yang dapat mereka gunakan untuk mengaplikasikan teori yang telah mereka terima. Mereka ingin menyalurkan kreativitas yang mereka miliki.
Pendidikan berbasis praktik dapat memperlihatkan hasil nyata dari pendidikan yang di dalamnya terdapat aspek penguasaan konsep. Namun, lantas pendidikan jangan hanya berbasis praktik saja dan kemudian beranggapan bahwa teori itu tak perlu. Bukan seperti itu!
Dalam benak penulis, konsep pendidikan yang ada seharusnya memiliki bobot yang berimbang antara teori dan aplikasi (praktik). Selama ini penulis bertanya-tanya, sebenarnya apa, sih, hasil dari proses pendidikan yang ditempuh selama 12 tahun bersekolah (SD-SMP-SMA)? Apakah hanya gelar kejuaraan semata karena berhasil meraih peringkat 3 besar?
Belajar selama 12 tahun di sekolah, menguasai konsep-konsep, tapi tak membuahkan hasil nyata selain hanya sebuah gelar kejuaraan. Hal inilah yang menjadi kegelisahan penulis.
Seharusnya dengan hasil selama 12 tahun melalui proses pendidikan, seorang siswa bisa menciptakan sebuah produk hasil dari penguasaan konsep teori yang mereka terima di bangku sekolah. Inilah yang dimaksud dengan pendidikan berbasis praktik atau aplikasi. Jika hal yang terjadi demikian, maka ketika ada yang bertanya mengenai hasil pendidikan, dengan mudah ia akan menjawab, “Saya telah menciptakan produk, robot, dan alat.” Atau kemudian ia akan menjawab, “Saya telah berhasil membuat buku, desain program, dan sebagainya.”
Produk hasil penguasaan konsep yang mereka buat adalah berdasarkan pada kreativitas masing-masing. Ada yang menyukai sastra, maka ia akan membuat sebuah karya sastra (entah puisi, cerpen, novel, dan sebagainya) yang di dalamnya termuat konsep teori yang selama ini ia terima. Atau, bagi yang menyukai gambar, maka ia akan membuat sebuah poster, lukisan, atau apa pun yang di dalam gambar tersebut ia menuangkan teori-teori yang telah ia kuasai.
Jika yang demikian teraplikasi dalam kegiatan pendidikan di Indonesia, maka yang terjadi adalah generasi-generasi bangsa ini akan menjadi generasi yang tak hanya hebat dalam menjawab dan mengerjakan soal saja. Tetapi, ia dapat membuat produk-produk hasil belajar mereka selama ini. Wallahu a’lam bishshawab.
Karang Malang, Yogyakarta.