[Sajak-sajak ini secara berurut adalah juara I, II, dan III Batu Bedil Award yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanggamus dalam rangkaian Festival Teluk Semaka].
http://www.lampungpost.com/
Pukau Kampung Semaka
Oky Sanjaya
baru semalam aku pulang
subuh mulai menyulut tubuhku
namun siapa yang tak lekas pukau
Anjing menyalan Azan!
Di ujung jalan batas marga, dulu,
orang-orang pulas
selalu berkisah
tentang dengung kampung
tentang jimat penolak bala
yang ditanam waktu purnama
senggikhi kutti di tanoh sinji 1
Dan kami, pewaris marga, tinggal menjaga lada
mengunyahnya bila subuh menyulut.
Tapi lada hanya penyedap rasa.
Aku mulai melangkah
ingin membasuh muka
di sungai Semaka
Dan air sungai berwarna cadas.
Catatan:
1. seganlah kalian di tanah ini
Menjaga Cinta di Teluk Kiluan
Ahmad Musabbih
Kalau cinta ingin tetap terjaga
tengolah teluk berbunga
yang mengasingkan jantung
dari denyut kota
Di lubuk yang dijaga bukit-bukit
di teluk permohonan
tak ada yang dapat kucatat
juga kugambar
selain hati yang terus bergetar
berdebar oleh angin yang berpusar
dari hulu ke hilir
seperti sebelum kukulum bibir
yang rindu.
Di sini ada yang begitu terasa
ketika kau sisir pasir
pada pantai yang terus melambai
dengan barisan pohon kelapa
lalu degup jantungmu
dalam sajak
meluncur ke labiring laut
memanggil lumba-lumba
dan betapa cinta benar-benar
berakar dari pesoalan gelombang
yang berdebar antara bibir dan labirin.
Kemudian sekeping hatimu
juga hatinya nampak
pada kiluan laut
yang tak ingin surut
meski tersimpan dalam
dadamu yang berbaju
tetapi cinta akan tetap terjaga
di lubuk teluk
yang dijaga bukit-bukit
2010
Kenangan Bersama Ibu
Widya Karima
Way Lalaan, Way Lalaan
Aku pernah melihat di matanya ada bulan
Way Lalaan, Way Lalaan
Bulan isyarat cinta laksana intan
Airmu deras terjun mengucur sukma rasa rindu
Ketika dulu aku kecil bermain di sana bersama ibu.
===========
Oky Sanjaya, lahir di Pekon Sanggi, Bandarnegeri Semuong, Tanggamus, 13 Oktober 1988. Kini sedang belajar di FKIP MIPA Unila. Buku puisinya: Di Lawok, Nyak Nelepon Pelabuhan (BE Press, 2009).
Ahmad Musabbih, lahir di Tegal, 9 September 1985. Alumnus Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Beberapa puisinya masuk ke dalam berbagai antologi bersama.
Widya Karima, nama pena dari Dini Widya Herlinda, lahir di Curup, 28 Februari 1989. Mahasiswi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Kemenkes Semarang. Karya-karyanya dimuat berbagai media.