Sastrawan Jateng Harus banyak Belajar dari Karya Saramago

Yulianto
suaramerdeka.com

Ketika diundang untuk membacakan karya puisinya, Penyair Semarang, Gunoto Saparie di Kedutaan Besar (Kedubes) Portugal di Jakarta, Jumat (19/11) malam lalu, Gunoto begitu sangat berkesan. Terutama dengan sosok seorang novelis Portugal, Jose Saramago.

Karya-karya Saramago sungguh mengagumkan, baik dari segi tema maupun bentuk. Saramago adalah pemenang Hadiah Nobel untuk Sastra 1998. Jose Saramago meninggal Juni lalu dan lahir pada 18 November 1922. Saramago dihormati ketika dia meninggal dengan upacara pemakaman resmi dan dihadiri puluhan ribu orang.

Gunoto yang diundang atas nama sastrawan Jawa Tengah itu mengutip sambutan dari Duta Besar Portugal, Carlos Fronta yang mengatakan sastra khususnya, dan segala bentuk seni pada umumnya, adalah ekspresi kebebasan, dihormati dan bahkan dijunjung sangat tinggi di masyarakat demokratis saat ini seperti Indonesia dan Portugal. Kekuatan kata-kata bisa begitu kuat, sehingga persuasif.

Penyair Semarang, itu merindukan ada sastrawan Jawa Tengah memperoleh Hadiah Nobel untuk bidang sastra seperti novelis Portugal, Jose Saramago. “Para sastrawan Jateng perlu belajar banyak dari karya-karya Saramago,” Kata Gunoto, Sabtu (20/11).

Acara itu, menurut Gunoto Saparie, selain untuk mengenang almarhum Jose Saramago, sastrawan Portugal, selain sebagai upaya mempererat persahabatan sastrawan Indonesia dan Portugal.

Gunoto bersama sejumlah sastrawan Indonesia dan Portugal membaca karya-karya sastra Jose Saramago dan karya mereka sendiri di Kedubes Portugal tersebut. Mereka yang dari Indonesia adalah antara lain adalah Fatin Hamama, Dad Murniah, dan Menur Hayati, serta Remmy Novaris DM.

Sedangkan dari Portugal Arlinda Fronta, Victor Viana, Julie Cerqueira, dan Sarah Franca. Selain itu ikut ambil bagian dalam pembacaan karya-karya Saramago para mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UI Jurusan Portugal, yaitu Bunga Nizam, Tiara Larasati, Djarwati, Mega Trinanda, dan Imelda Valentina.

***

Bahasa ยป