Gerakan Pencerdasan Bangsa

Judul Buku : Membumikan Gerakan Ilmu Dalam Muhammadiyah
Editor : Jabrohim Dkk
Pengantar : A Syafi’i Ma’arif
Penerbit : Pustaka Pelajar Yogyakarta
Cetakan : 1, 2010
Tebal : 231 halaman
Peresensi : Iksan Basoeky *)

Sebagai gerakan Islam yang modernis-reformis, Muhammadiyah telah mengukir kisah sukses melakukan perubahan ke arah kemajuan dalam kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional ke modern selaras dengan tuntutan zaman.

Dengan semangat kembali pada sumber ajaran Islam (al-Quran dan al-Sunnah), Muhammadiyah mampu memperbarui alam berfikir dan model amaliah umat Islam dalam sejumlah bidang kehidupan, lebih-lebih dalam pengembangan keilmuan.

Paradigma tajdid berwawasan modernis-reformis selalu menuntut Muhammadiyah untuk lebih memperkaya khazanah keilmuan dan mempertajam orientasi tajdidnya yang bersifat pemurnian dan pengembangan supaya mampu menjadi gerakan alternatif di tengah lalulintas global dengan langkah pencerdasan.

Dalalam hal ini gerakan ilmu hadir menjadi sebuah gagasan penting yang patut diperjuangkan. Gagasan ini oleh segenap totoh pembesar Muhammadiyah pada penyelenggaran Muktamar ke-46 di Yogyakarata beberapa bulan yang lalu diperbincangkan dan diperjuangkan sabagai modal utama dalam pencerdasan bangsa.

setidaknya hal itu bercermen pada sosok KH Ahmad Dahlan sebagai pejuang sekaligus pendiri organisasi. KH Ahmad Dahlan pertama kali mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta, selain melakukan pencerahan, ia juga melakukan gerakan keilmuan dengan mengajar mengaji dan mendirikan sekolah untuk umat Islam secara keluruahan.

Gerak tempuh kemajuan pendidikan berlabel Muhammadiyah secara perlahan terus berkembang dengan pesat. Alhasil ribuan sekolah di negeri ini berdiri kokoh dengan pesat mulai dari SD, SMP,SMA, sampai pada ratusan perguruan tinggi berdiri megah dilengkapi dengan fasilitas yang serba memadai.

Melalui buku yang berisisi kumpulan tulisan ini, Muhammadiyah mencoba menatap masa depan bangsa ini lebih maju dengan menoleh ke belakang melihat pada hasil perjuangan yang diperoleh, di barengi dengan gerakan ilmu yang terus dikembangkan bahwa salah siasat penting dalam memajukan bangsa pada abad ke-21 ini adalah dengan membumikan gerakan ilmu.

Ahmad Syafi’I Ma’arif dalam kata pengantar buku ini menegaskan bahwa gerakan ilmu sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk merebut masa depan bangsa yang gemilang. Sebab menurutnya, kesadaran bangsa ini terhadap pentingnya gerakan ilmu masih tergolong lemah.

Lebih lanjut Ahmad Syafi’I menjelaskan bahwa tingkat konsumsi membaca buku di Indonesia masih rendah. Demikian pula dalam kemampuan menulis masih tergolong kurang baik. Ditambah lagi dengan kompleksitas angka putus sekolah membuat bangsa ini tertinggal dari kemajuan peradaban zaman. Oleh sebab itulah menurut Husnaini dalam buku ini, bangsa Indonesia harus berkerja keras dalam mencari dan menggali ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya demi menutupi semua itu.

Muhammadiyah sebagai organisasi yang bervisi Islam Rahmatan Lil Alamin harus terus menerus berjuang melawan kebodohan dengan concern gerakan ilmu. Walaupun Muhammadiyah terkesan lamban dan kurang maksimal sebagai gerakan ilmu, namun Muhammadiyah mempunyai potensi besar untuk melakukannya. Setidaknya Muhammadiyah bersama NU sudah berupaya untuk memperkuat dirinya sebagai civil Islam yang sangat penting dalam proses demokratisasi bangsa.

Sudah saatnya Muhammadiyah bangkit meneguhkan jati dirinya sebagai gerakan ilmu yang bersifat lintas golongan, suku, agama, politik, dan negara. Untuk itu, Muhammadiyah harus aktif membentuk dan terlibat dalam epis-temic community dalam lingkup internal dan eksternal.

Melebihi dari itu, Prof. Dr. M. Amien Rais dalam buku ini mengemukakan bahwa demi memperkuat serta membumikan gerakan ilmu, khsusunya di lembaga, ada tujuh tawaran strategi yang setidaknya harus jalani. Pertama, peningkatan kualitas teaching staff. Artinya, merekrut pengajar yang handal dan mumpuni di bidangnya. Para pengajar di lembaga pendidikan harus memiliki kompetensi dan kualifikasi akademik yang layak pakai.

Kedua, membangun atmosfer yang kondusif di lembaga pendidikan. Maksudnya, menciptakan kompetisi yang sehat dan nyaman antar lembaga pendidikan. Ketiga, mendukung terciptanya general library (perpustakaan umum) dan research library (perpustakaan penelitian) yang kuat dan lengkap.

Keempat, kegiatan-kegiatan laboratorium untuk setiap disiplin ilmu perlu memperoleh perhatian yang sama pentingnya dengan perpustakaan. Kelima, kegiatan Research and Development (penelitian dan pengembangan) harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Perguruan tinggi harus diarahkan agar mampu menghasilkan riset penelitian yang bisa dirasakan manfaatnya bagi kemaslahatan masyarakat.

Keenam, untuk memacu dosen dan mahasiswa serta masyarakat secara umum agar melakukan kegiatan ilmiah seperti orasi ilmiah, seminar, symposium, bedah buku, diskusi terbuka, workshop, pelatihan dan lain sebagainya. Ketujuh, berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan dan mengembangkan misi pembebasan manusia dari kebobohan dan ketertindasan.

Melalui tujuh strategi di atas, menurut Amien Rais, pembumian gerakan ilmu akan berjalan efektif sehingga misi Islam rahmatan lil alamin mampu dirasakan manfaatnya oleh segenap warga Muhammadiyah dan seluruh masyarakat di negeri ini. Namun semua ini akan tercapai bilamana ada dukungan dari pemerintah dan peran akatif dari semua lapisan masyarakat.

Buku ini sangat menarik untuk dibaca, karena selain akan lebih mengenalkan kirprah perjuangan Muhammadiyah yang inten dalam lembaga pendidikan, juga akan membuka kedewasaan akademik kita dalam mengembangkan ilmu, bahwa gerakan ilmu adalah merupakan hal penting yang perlu dikembangkan untuk mencapai sebuah kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakatnya.

*) Pemerhati pendidikan dan sosial-politik tinggal di Yogyakarta.