Kompas, 21 Nov & 4 Juli 2010
GENDERUWO
obor-obor menyala berarak ke kampung
hutan, pantai, sawah, lembah dan gunung
ember, panci, sendok, piring seng
wajan, cutil, kompor, garpu, dandang
diseret berdencing dan dipukul bertalu-talu
bising dan memercikkan api masa lalu
blek blek ting tong, blek blek ting tong
berirama tak genah hingga memusingkan
membangunkan para penguasa malam
yang sembunyi di pohon-pohon waktu
bertahta di kursi megah kegelapan
yang telah mencuri malam-malamku
kelak kusumpah tujuh turunan
akan kupanggil raja kegelapan dari istana
untuk menghukummu dan membakarmu
dengan sembilan puluh sembilan cahaya
semua kegelapan telah kuterangi
dari sudut sempit, lebar, tinggi
rendah, pendek dan yang maha luas
dengan nyala obor dan doa-doa
namun tak kujumpai kau
yang menyita seluruh hidupku
Purworejo, 2010
Kompas, 21 November 2010
BARONGSAI
barongsai
cahaya keperakan, merah, kuning
hijau giok adalah pernak pernik kesunyian
terbang ke atas, ke puncak cahaya
meledakkan malam yang buta
malam lampion yang bercahaya
karnaval perayaan musim tanam
malam menjulang bertabur bintang
kembang api menyembur
di kegelapan malam yang memanjang
mercon meledak di udara
tambur dimainkan, gemerencing genta
dan keras genderang yang menggema
di persimpangan jalan kau ragu
arah mana yang dituju
menari-nari di malam gemerlap
warna-warni merah api
bergantungan di udara
di sisimu seekor naga raksasa
meliukkan ekor hitamnya
dengan sisik kuning emas
penuh kenangan
dan derita yang memanjang
dari sejarah gelap yang terlupa
berlengak-lengok dalam tarian liong
dengan tubuh telanjang
ekor masa lalumu yang melumut
melingkar-lingkar di dasar angan
meliuk dan menyemburkan api
membelit tubuhmu yang mulai bersisik
Ngawi, 2010
Kompas, 21 November 2010
NGIBING
hutan yang sunyi
seharum tubuh terlupa
hanya jejak-jejak yang tertinggal
di mana akar pertama ditanam
malam telah bertabur bintang dan kunang
kau mulai ngibing
sambil telanjang dada
kaki menghentak pada irama kendang
selendang kuning terkalung di leher
lelaki legam sebentar lagi tambah kelam
kau buka sarung yang melingkar di bahu
kau kembangkan ke udara memanas
kau sarungkan ke tubuh penari takjub
kau menari dalam balutan ciu kedelapan
kau menari dalam sarung yang sama
kau mencari dalam jiwa yang samar
tanganmu masuk ke rusuk sebelah kiri
menemukan tulang yang selama ini dicari
penari bergelinjang ke sebelah kanan
mencari yang lebih sepi dari api
Ngawi, 2009
Kompas, 4 Juli 2010
PALGUNADI
aku belajar dengan damar di belukar
hingga fajar pada sesosok tubuh samar
untuk mengejar semua pusat dan pusar amar
yang tak pernah kudengar
kudirikan sebuah patung buntung memegang jemparing
dengan punggung melengkung serupa dirimu yang agung
dari lempung gunung menghadap gerbang kampung
agar sabdamu selalu dapat kutangkap dan kukenang
kubentangkan panah cakrawala dari busurku
ingin kubidikan pada musuh-musuh malamku
namun kau meminta agar aku tak memanah rembulan
simpan semua kesabaran pada datangnya firman
Ngawi, 2009
Kompas, 4 Juli 2010