Sajak Lawan
Sajak para penyair
Menggebu-gebu mengetuk hati sang pujaan
Mengutuk kezaliman dan yang mereka anggap dosa
Mengetuk pintu kekuasaan dan kesadaran derita manusia
Tetapi bagiku
Sajak ini kutulis untuk menghantam, mendobrak pintu kekuasaan yang terkunci rapat
Biar mereka kaget terkejut
Dan lalu membelalakkan mata menyerangku dengan ribuan serdadu
Sekali titah
Dan aku akan menghadang mereka hanya dengan satu kata
Yang lebih hebat daripada seribu tentara
Sebab kata adalah senjata
Lawan!
Kenapa?
Kenapa mereka bicara tentang kemanusiaan di ujung bumi sana
Sementara kemanusiaan di sampinya sedang menganga mulutnya
Kehausan.
Branda-cafe , februari 2011
Majalah, Koran, dan Televisi
Penjual koran mungkin tak sadar, propaganda yang ia teriakkan menggigit kulit
Rakyat terjepit
Penjual majalah remaja mungkin juga tak sadar sepenuhnya
Ketika anak sekolah menjadi pencuri karna melihat arloji di tangan model di sampul majalah
Sementara tak ada waktu untuk menawar.
Pembaca berita di televisi sepertinya lupa
Setelah mendengar berita yang ia bacakan
Pemerintah makin buas rakyat makin beringas
Dan televise yang paling merasa tak berdosa
Sebab ia hanya menjadi kotak saran
Yang menyarankan kita untuk segera!
Mengganti kulkas, mobil, hand phone, bumbu dapur,
Dan atau dan atau yang lain
Yang lain-lain.
Branda, Februari 2011
Ophellia
Ophellia, kau nampak membisu saja membatu seperti batu-batu
Terinjak seperti batu-batu
Pecah seperti batu-batu
Ophellia
Bangunlah, bicara!
Permainan sudah usai jangan kau diam
Sebab diammu seperti kematian yang kutakutkan
Bicaralah!
Kenapa kau seperti terkutuk
Seperti Malin Kundang yang menjadi batu.
Ophellia!!
Bicaralah! Apa kau ingin minum air dari pegunungan?
Sementara kemarau sedang di perjalanan.
Ophellia …
Apa kau ingin anggur?
Anggur tak ada di sini, Ophellia!
Ophellia.
Februari 2011
——–
Fikri MS, Lahir di Muara Enim, Sumatera Selatan, 12 November1982. sejak th 1998 melanjutkan pendidikan di Jombang, Jatim sampai lulus kuliah th 2008 S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Jombang.
Berbekal pengalaman ‘main’ teater di Komunitas Tombo Ati (KTA) Jombang, Agustus 2008 mendirikan Sanggar Teater Gendhing (STG), mengelola kedai baca (Beranda), di kampung halaman sampai sekarang.