Ekspansi

Wawan Eko Yulianto

Setahun antara 2009 hingga 2010 saya menenggelamkan diri ke dalam riak gelombang musik country. Saya hayati kisah-kisah dalam setiap lagu yang saya sukai. Saya kenali orang-orang yang menyukai musik country. Saya coba jalani satu dua bagian hidup orang-orang yang diceritakan dalam lagu-lagu country. Saya ikuti juga gosip-gosip pribadi tentang para penyanyi country. Semuanya saya lakukan seperti seorang penikmat tanpa pretensi (setidaknya begitulah menurut saya).

Nyaris mulai saat yang bersamaan, saya juga mulai menceburi musik punk. Sungguh berat rasanya beralih-alih setiap hari dari dua kutub musik. Dalam satu dan lain hal punk dan country adalah dua kutub yang berutaraselatanan. Musik country begitu mengandalkan keteraturan. Tema-temanya yang berkisah tentang kehidupan rumah tangga bahagia atau impian akan kehidupan yang bahagia menurut ajaran-ajaran Kristiani sebagaimana dianut oleh masyarakat di bagian selatan Amerika Serikat. Ada sebagian musisi country muda yang menikmati lara hati (seperti Taylor Swift). Dan sedikit musisi country lain mengandalkan keliaran blues dalam musiknya, seperti Brad Paisley dan suaminya Nicole Kidman, Keith Urban. Yang lainnya relatif mengandalkan kewajaran dan keteraturan.

Di kutub lain, musik punk adalah ketakterukuran pada titik terjauhnya. Terutama karena saya mendekati punk seperti mendekati sebuah mata pelajaran UAN. Tentu awalnya karena saya tertarik karena sangat tertarik kepada seorang penulis yang kebetulan punker. Akhirnya begitulah, punk adalah ilmu pengetahuan buat saya. Berkat bimbingan Don Letts, Henry Rollins dkk dalam film dokumenter Punk: Attitude, saya jadi tahu dari mana saya mempelajari punk. Yaitu: dari mana saja. Begitulah, akhirnya saya pelajari sejarah punk dan tentu saja, apalah artinya semua itu tanpa menenggelamkan diri dalam musiknya sendiri. Berkat myspace, youtube, dll, saya punk akhirnya berkesempatan mengenali dan menghayati punk mulai dari New York Dolls, Sex Pistols, Ramones, maju terus hingga Black Flag, Minor Threat, maju terus hingga Fugazi, Youth of Today, maju terus hingga Nirvana, Soundgarden, dll

Sekarang, tanpa disadari, karena perbincangan singkat dengan mas Antok Agusta dan membaca review album Dream Theater dari Anwar Holid, saya mengalir memasuki progressive rock. Semua itu semakin diperkuat dengan mas Antok Yunus dari band Swara Akustik (Malang) yang sempat mengobrol agak panjang tentang Pink FLoyd sebelum dan sesudah bedah buku Nurel Javissyarqi Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan SCB.

Akhirnya, sepertinya saya sudah siap mengarungi progressive rock entah dengan pendekatan apa kali ini… yang pasti, pendekatan saya ini dipengaruhi rasa iri saya dengan Jordan Rudess yang direkrut Dream Theater (kok bukan saya? haha) dan pencipta lagu dari band Supertramp yang sangat dahsyat itu! Anyway, here we go again.
***

http://berbagi-mimpi.info/2011/07/10/ekspansi/