Gus Noy
Kata Pengantar
Selama ini buku-buku yang diterbitkan oleh DF Publisher adalah karya-karya BMI, dan seringkali BMI Hong Kong. Memang DF Publisher sangat concern pada karya-karya BMI Hong Kong, dan beritikad mengangkat karya-karya mereka, atau sering digelari “sastra buruh migran Indonesia”, dalam format buku agar lebih terdokumentasi, dan abadi di kalangan pembaca.
Paradigma “buku dan penulis hanya untuk kaum terpelajar berpendidikan tinggi hingga bergelar sarjana bahkan professor, atau seorang pejabat tinggi” sudah usang. Dan paradigma “sastra hanya untuk sastrawan atau berpendidikan tinggi di bidang sastra” sudah tidak relevan. Siapa pun bisa menulis karya sastra, asalkan benar-benar tekun belajar, bertanya, berlatih, dan berproduksi. Sastra buruh migran, sepakat atau tidak, juga adalah bagian dari kekayaan sastra Indonesia kontemporer.
Selama ini pula salah seorang penikmat karya-karya BMI Hong Kong adalah Gus Noy alias Agustinus Wahyono. Beberapa kali Gus Noy ikut memberi pembelajaran sastra jarak jauh via internet, baik melalui Facebook, email, maupun blog pribadinya. Dengan berbagi sedikit teori, istilah sastra, dan ulasan-ulasannya mengenai karya sebagian BMI Hong Kong, khususnya Teater Angin, semakin membuka pemahaman tulis-menulis bagi sebagian rekan BMI Hong Kong yang sedang bersemangat untuk menekuni sastra. Pernah ia memenuhi permintaan panitia lomba menulis cerpen BMI Hong Kong sebagai salah seorang juri.
Sayangnya, segelintir saja dari kalangan pembaca sastra yang mengenal Gus Noy dalam hal karya-karyanya. Tidak sedikit yang bertanya, “Siapa sih Gus Noy itu?” Bahkan, pada pertengahan tahun 2010 ini ada yang lantang menantang melalui sebuah komentar di Facebook, “Selama ini Gus Noy cuma bisa mengritik atau menyebut kekurangan-kekurangan cerpen kami, apakah Gus Noy bisa membuat cerpen?” Dengan santainya Gus Noy menjawab, “Maaf, saya cuma pembaca. Saya sama sekali tidak bisa membuat cerpen.”
Keraguan siapa pun terhadap Gus Noy dalam berkarya memang sah-sah saja. Kalau pun karya-karya Gus Noy sudah beredar di media massa cetak maupun internet bahkan pernah menjadi staf redaktur di situs cybersastra tahun 2002-2003, tetaplah sebatas kalangan kecil yang mengetahuinya.
Oleh karenanya, DF Publisher tertarik untuk membukukan sebagian dari cerpen-cerpen Gus Noy dan menjadikannya buku “Seekor Anjing Menelan Bom” untuk menjembatani para pembaca sastra yang selama ini sama sekali belum pernah membaca cerpen-cerpen Gus Noy. Apakah cerpen-cerpen yang terbukukan ini memiliki kualitas memadai ataukah sama sekali Gus Noy memang gagal membuat cerpen, para pembacalah yang berhak menanggapinya.
Melalui “kata pengantar” ini DF Publisher juga mengucapkan terima kasih kepada Iwan “Bung Kelinci” Sulistiawan, Bonari Nabonenar, dan Sigit Susanto yang telah membaca cerpen-cerpen dalam buku ini dan menanggapinya dengan “komentar pendek” (endorsmen).
Hong Kong, Agustus 2010
Penerbit DF Publisher
Sumber: http://www.facebook.com/topic.php?uid=33090570679&topic=15516