Apresiasi Teater “Jeritan Tengah Malam”

Heri Listianto *

ANALISIS ISI

Mempelajari teater bagi orang awam akan lebih mudah apabila diperoleh dengan pendidikan non formal. apresiasi teater bagi orang banyak sangat asing, apalagi bagi mereka yang tidak menempuh pendidikan formal/sekolah.

Proses ini memerlukan waktu dan berbagai siasat agar berjalan mulus tanpa mengganggu pendeskripsian secara langsung. Kehidupan mereka yang penuh dengan warna. harus pandai-pandai menemukannya, apabila teater mampu beradaptasi maka proses tersebut akan menjadi ritme yang menarik tentunya dan dapat menjadikan kehidupan lebih serontak.

Sesungguhnya kalau kita memasuki kehidupan pemandangan dalam teater Jeritan Tengah Malam sudah sangat Nampak beberapa kelebihan dari beberapa segi, untuk menjadikan kehidupan teater merekam Penciptakan suasana dengan konflik yang berjalan dengan bertubi-tubi yang sesungguhnya itu dapat dipolakan dalam panggung dan menjadi pertunjukan yang seolah-lah merepresentasikan masalah kehidupan kampung.

Sesuai dengan latar belakang kehidupan kampung yang berpadu dengan gaya kota maka nuansa yang diciptakan dalam drama yang disutradarai oleh Meilia ini merupakan pola yang tepat untuk memulai proses mencapai suatu realita di kehidupan nyata.

Drama seharusnya melahirkan kehendak dan action (Ferdinan Brunetierre). Gaya dalam pementasan ini adalah gaya hidup yang sedikit dipaksakan, namun demikian dapat ditata secara bertahap. Belajar secara non formal tidak menjadikan orang kampung jauh dari kebiasaan mereka yang serba improve sehingga gaya aktor/aktris kampung yang telah diperankan oleh Friska sebagai seorang ibu sudah menunjukkan kesempurnaan peran sehingga pementasan terlihat sangat bagus dengan suasana yang seakan-akan keberhasilan mutlak telah tercapai.

Namun banyak juga yang tidak tahu sama sekali apa itu nilai teater. Hal ini menyangkut amanat yang ingin disampaikan dalam pementasan.

MAKE UP

Pada segi make up, pementasan Jeritan Tengah Malam ini sangat bagus sehingga gambaran watak yang diinginkan sangat benar-benar tampak. Sehingga perwujudan gambaran watak dari tiap-tiap tokoh yersebut benar-benar terlihat nyata dan sudah mewakili factor-faktor perwujudan gambaran watak yang salah satunya adalah dalam hal usia, kepribadian dan sebagainya.

ANALISIS PERAN

Bunahri: ekspresinya dalam peran sudah memiliki focus yang sangat kuat, dia bermain sebagai seorang penjaga daerah perkantoran yang sigap dengan adanya pelanggaran-pelanggaran (sempurna).

Friska: gaya aktor/aktris seorang pemulung kampung yang telah diperankan oleh Friska sebagai seorang ibu sudah menunjukkan kesempurnaan peran sehingga pementasan terlihat sangat bagus dengan suasana yang seakan-akan keberhasilan mutlak telah tercapai.

Era dan Ratna: Ritme permainan dan mimik sebagai orang kota yang bergelimang harta sealalu mengikuti di setiap jalan permainan yang diperankan oleh kedua tokoh ini. Sehingga suasana kota tumpah ke dalam panggung.

Viani: ketabuhan yang ditampilkan dengan gaya sedikit tidak berpola membuat penonton sangat tegang denngan perannya sebagai anak durhaka yang sudah masuk dalam liang dunia perkotaan sampai-sampai penonton menghilangkan semua konsentrasi tentang hal lain di luar peran yang dibawakannya.

Meilia: suasana melas yang sangat melekat pada dialok yang diutarakannya menimbulkan suasana yang haru dan seakan mengintai dunia-dunia gelamor kota yang tidak mengetahui keadaannya.

Dari keseluruhan peran yang dibawakan tokoh. Rata-rata memiliki jiwa yang ramai dengan berbagai gaya tapi masuk dalam satu tujuan utama yang disajikan dengan pemunculan konflik bertubi-tubi.

___________
*) Heri Listianto lahir 9 November 1989 di Surabaya, pendidikan: MI Islam Pucangro, MTs “Putra-Putri” Simo, MA Negeri Lamongan, kuliah di Unitomo Surabaya. Karya-karyanya pernah termuat di AKAR, Tabloit Telunjuk, Radar Bojonegoro, dst. Kumpulan puisi bersamanya: Mozaik Pinggir Jalan, Absurditas Rindu, Khianat Waktu (antologi penyair Jawa Timur), Jual Beli Bibir, Enjelai. Antologi Puisi tunggalnya Embun Pesisir Laut Utara. Anggota Forum Sastra Lamongan [FSL], Komunitas Mahasiswa Bahasa Unitomo [Komba Unitomo], dan Coretan Pena.