Review: Utopia Bunga-bunga
setelah lama kau sembunyikan luka
di bening mata anak-anak
bersama kita akan menulis
mimpi esok hari
setangkai bunga pagi
kepakan sayap kupu-kupu
adalah taman firdaus
yang mungkin pernah kita jaga
:generasi akan lahir kembali
dalam pikat zaman
di langit senja kita
mungkin ada yang hendak melukis
sehelai sejarah
bersama bintang-bintang
bercahaya pudar.
Puisi buat Mbak Min
…Malam di Jalan Lengang
gerimis menuntun malam di jalan lengang
butir-butir air perlahan menetes dari ujung daun jati
bening
sunyi
siapa bisa menahan sayat gelombang
semua kisah selalu menyisakan sayatan panjang
teramat panjang
sesampai perhentian
segala usai menitipkan pesan
kepada rumput-rumput basah
di atas tanah basah
: bahwa ia adalah kesaksian akan ketabahan
begitu keranda berlayar menuju keabadian
angin lembut mendesir sampai ubun
kita jadi terperangah
atas hening yang menyayat itu
6 Desember 2010
Quatrain Berderai
membaca sajak-sajakmu
tawa berderai
memunguti serpihan air mata
dari kerontang langit-langitku.
Bambang Kempling, penyair kelahiran Lamongan, Jawa Timur 1967. Alumnus UMM jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Puisi-puisinya masuk antologi Tunggal Kata Sebuah Sajak (Kostela 2002), Antologi Rebana Kesunyian (KOSTELA 2002), Imajinasi Nama, Permohonan Hijau (FSS 2003), Cakrawala Puisi Indonesia, Duka Aceh Duka Bersama (DKJT 2005), Tadarus Sang Begawan (Pustaka Ilalang 2019), serta di media Indupati dan tabloid Telunjuk. Salah satu antologi Tunggalnya bertitel “Persinggahan Bayang-bayang” Penerbit Pustaka Ilalang, 2014.