Ibnu Arabi dalam Pandangan Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab

Nurdin Sarim
__Kajian Nun Centre

Ketidakhadiran dalam Forum Ilmiah yang diadakan SAS Center dan Ghazalian Center pada Selasa, 5 Oktober 2010 bertema “Konsep Wihdatul Wujud Dalam Pemikiran Ibnu Arabi”, mendorong tulisan ini dibuat dan atas dasar keingintahuan lebih luas lagi tentang pandangan Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab terhadap pemikiran Ibnu Arabi.

Muhyidin Ibnu Arabi dikenal sebagai sosok kontroversial diakibatkan pemikirannya yang dianggap berpaham Wihdatul Wujud. Hal ini mengakibatkan banyak cendikiawan dan ulama mengkafirkannya. Akan tetapi, sebagian cendikiawan tidak berpaling untuk mengkaji Ibnu Arabi lebih mendalam lagi, salah satunya adalah Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab.

Prof. Ghourab adalah cendikiawan Muslim asal Kairo, Mesir, lahir di Tanta Mesir pada tahun 1922. Ia dikenal sebagai penerus pemikiran Muhyiddin Ibnu Arabi. Prof. El-Ghourab, mesti bergelut di dunia militer waktu itu, hal ini tidak menghalanginya untuk mendalami pemikiran Ibnu Arabi. Setelah berguru pada guru tasawwuf baik di Mesir, Saudi Arabia dan terakhir di Damaskus, Suria, Prof. Wl-Ghoura mulai fokus pada pemikiran Ibnu Arabi.

Puluhan buku telah ditulisnya dan aktif di berbagai forum Tasawwuf Internasional, sebagian besar karyanya mengupas Ibnu Arabi yang banyak diselewengkan pemikirannya. “Banyak pemikiran Ibnu Arabi yang telah disalahtafsirkan dan diselewengkan. sebagian dimanipulasi atas teks-teks syair Ibnu Arabi, sehingga menimbulkan salah kaprah dan tidak dibenarkan”. tutur beliau. Di Indonesia, Prof. Al-Gaourab pernah hadir dalam seminar Internasional yang bertajuk “perspektif Jiwa Menurut Ibu Arabi” yang diselenggarakan Islamic College Jakarta. (Epaper Koran Nasional Republika Ahad 20 Juni 2010 “Islam Digest” B8)

Berikut data yang kami dapat tentang pandangan Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab terhadap pemikiran Ibnu Arabi. (Epaper Koran Nasional Republika Ahad 20 Juni 2010 “Islam Digest” B8)

1. Awal mula ketertarikan Prof. El-Ghourab terhadap pemikiran-pemikiran Ibnu Arabi.

Tahun 1954, sebelum keluar dari dunia militer yang telah dijalaninya selama kurang lebih 15 tahun dan meninggalkan Mesir, ia berkenalan dengan salah seorang guru sufi tersohor Mesir, yaitiu Syaikh Sabiq El Adawi. Ketika di Kota Madinah, beliau bertemu dengan ulama tasawwuf yaitu Seikh Muhammad Ibnu Yusuf Muhtawi al-Syanqithi. Pada tahun 1955 beliau kembali dideportasi dari Arab Saudi dengan alasan politis. Lantas beliau pun pindah ke Lebanon dan terakhir ke Damaskus Syiria. Di sana beliau bertemu dengan guru terakhirnya Syaikh Ahmad Harun al-Hajjar yang beliau anggap sebagai generasi penerus Ibnu Arabi. Syaikh Ahmad Harun inilah yang menyuruh beliau untuk membaca buku Futuhat al-Makkiyahnya Ibnu Arabi. Dikarenakan beliau tidak bekerja, maka waktu luangnya digunakan untuk mendalami karangan Ibnu Arabi tersebut. Di Damaskus pulalah beliau tahu bahwa ada makam, pemukiman dan pasar yang disebut Muhyiddin Ibnu Arabi.

2. Sosok kontroversial Ibnu Arabi

Tidak pernah terdapat peselisihan pendapat sepeninggal Rasulullah sebagaimana perbedaan persepsi atas sosok dan pemikiran Ibnu Arabi. Selain dianggap sunni, sebagian kalangan Sunni sekalipun ada yang menghukumi Ibnu Arabi sebagai Zindiq. Orang Syiah menyebut Ibnu Arabi bermazhab Syi’i. Tiap-tiap kelompok hendak memposisikan Ibnu Arabi sesuai persepsi masing-masing. Bahkan, sebagian kecil kalangan menyebut Ibnu Arabi sebagai sosok bermazhab Zhahiri, mengikuti Imam Ibnu Hazm. Tetapi, tidak banyak diketahui orang. Meskipun begitu, Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab menganggap Ibnu Arabi sebagi pemikir dan imam yang independen.

3. Wihdatul Wujud Ibnu Arabi

Menurut Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab. Ibnu Arabi tidak pernah berkata tentang konsep kesatuan agama. Konsep tersebut telah disalahpahami oleh banyak kalangan seperti yang dilakukan oleh William Chittick. Selain itu, Ibnu Arabi merupakan Imam mazhab fikih yang berlandaskan Ahlussunah Waljamaah sebagaimana imam mazhab lain seperti Hanafi, Malik, Syafi’i dan hanbali. Dalam bukunya “al-Fiqh Inda Ibnu Arabi”. Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab menyatakan bahwa konsep dan akidah Ibnu Arabi lebih radikal ketimbang Wahabi. Misalnya pendapatnya tentang jihad, harta rampasan dan tuntutan yang diajukan kepada penguasa Palestina kala itu., agar menerapkan rekomendasi Umar terkait ahli kitab di Baitul Maqdis.

4. Penguatan Argumen Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab.

Terdapat manipulasi atas teks-teks syair Ibnu Arabi sehingga menimbulkan persepsi salah kaprah dan tidak dibenarkan. Misalnya, mereka mengubah syair yang terdapat dalam kitab Turjuman al-Asywaq. dalam kitab tersebut, teks Ibnu Arabi yang mengatakan “Adinu bidini al-hubbi anna tawajahta tara kawaibun, fa al-Dinu dini wa imani”.(Aku mengakut agama yang penuuh kecintaan, kemanapun engkau menghadap, maka akan engkau lihat pancarannya dan Islam adlah agama dan kepercayaanku). Mereka juga mengubah bait kedua menjadi “fa al-Hubbu dini wa imani (CInta adalah agama dan kepercayaanku). Padahal dalam kesempatan lain Ibnu Arabi menegaskan agama yang dia anut adalah kepercayaan yang mengikuti Allah dan Rasul-Nya.

5. Kitab Futuhat al-Makkiyah

Tidak hanya dalam kitab Turjuman, secara tegas dalam karya monumentalnya Futuhat al-Makkiyah, Ibnu Arabi menyebutkan “para makhluk menciptakan beragama kepercayaan terhadap Tuhan dan saya pernah menyaksikan apa yang mereka yakini.”. Namun oleh sbagian kalangan, bait kedua syair tersebut diganti dengan kalimat “dan saya meyakini seluruh apa yang mereka yakini. Tujuannya, tak lain agar sesuai dengan ide kesatuan agama. Padahal Ibnu Arabi jauh dari apa yang mereka sangka.

6. Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab berseberangan pemikiran dengan kebanyakan orang

Bagi Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab. itu sah-sah saja, mereka mentafsikan pemikiran Ibnu Arabi, tapi Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab. tidak melakukan menafsiran terhadap karya Ibnu Arabi. Beliau murni menukil apa yang ditulis Ibnu Arabi tanpa tambahan apa pun. Dan, penukilan itulah yang sejalan dengan tradisi ilmiah sebagai karakter akademis, sekali pun beliau bertentangan dengan arus kebanyakan orang.

7. Pengkafiran Ibnu Arabi

Bagi Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab. semua tuduhan itu tidak benar, dan itu kezaliman atas Ibnu Arabi. Bagaimana mungkin dia dianggap kafir dan zindiq, sementara dia adalah seorang imam fiqih dan mutjahid, layaknya imam mazhab lainya. Bisa jadi Ibnu Taimiyah yang mengkafirkan Ibnu Arabi tidak memahami pendapat-pendapatnya dengan benar. Ibnu Taimiyah menuding Ibnu Arabi dalam kitabnya Majmu’ al-Fatawah. Tetapi, Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab menemukan fakta menakjubkan ketika beliau menulis sanggahan atas Ibnu Arabi. Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab. bertutur “ketika saya tulis sanggahan dengan menukil kata per kata yang dikutif Ibnu Taimiya dari Ibnu Arabi, ternyata tuduhan Ibnu Taimiyah tidak satu pun yang benar”.

8. Penyebab maraknya pemikiran Ibnu Arabi yang dianggap bertentangan.

Hal ini telah dibahas dalam buku beliau “Syarh Kalimat Shufiyah”. Bahasannya panjang lebar yang tertuang di hampir 18 halaman tersendiri. Tiap baitnya beliau nukilkan dari perkataan Ibnu Arabi. Hasilnya, tidak satupun nyang mendukung konsep Wihdatul Wujud (pengakuan beliau) sebagi mana yang dipahami golongan zindiq. Banyak terjemahan karya Ibnu Arabi yang salah dalam tidak selaras dengan teks aslinya, kerena dua kemungkinan, pertama kerena ketidaktahuan dan kedua faktor kesengajaan untuk memanipulasi pandapat-pendapat Ibnu Arabi.

9. Pengaruh Istilah rumit.

Menurut Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab. diskursus itu dipengaruhi oleh kerumitan istilah yang digunakan Ibnu Arabi. Hal ini diakui sendiri oleh Ibnu Arabi dalam kitabnya “al-Tanazulat al-Mushiriyah” Ibnu Arabi mengakui bahwa ungkapan-ungkapannya sulit dipahami oleh orang awam. Ibnu Arabi menegaskan bahwa pernyataan-pernyataannya adalah teka-teki bagi awam dan hanya akan dimengerti oleh kalangan tertentu. Oleh karena itu, banyak ahli Syariat yang dulu mengecam Ibnu Arabi lantas menarik Ucapannya dan bertaubat kepada Allah.

10. Minimnya karya Ibnu Arabi selain tasawwuf.

Ibnu Arabi tidak menulis selain bidang tasawwuf, menurut Prof. El-Ghourab ini benar. Oleh karena itulah beliau mengumpulkan pendapat-pendapat Ibnu Arabi tentang fiqih, akidah, usul fiqh dan hadits, selama delapan tahun yang terdapat dalam karya-karyanya. Seandainya mereka mengatahui hal ini, sama sekali tidak terbesit untuk menganggap Ibnu Arabi teleh menyimpang. Oleh karena itulah beliau mengajak orang yang kerap menuduh Ibnu Arabi untuk mengenalinya sebelum memvonisnya.

11. Mazhad Ibnu Arabi dalam tasawwuf

Menurut Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab. Ibnu Arabi tidak mempunyai mazhab kusus dalam tasawwuf, karena tasawwuf bukan mazhab. Tasawwuf itu metode yang ditempu seorang mukmin untuk meningkatkan keimanan. Sekalipun para ulama berselisih pandang mengenai pengertian tasawwuf itu sendiri. Sebagian kalangan mengartikan tasawwuf sebagai mengolah kepekaan akhlak. Tak heran jika Rasulullah dipuji al-Qur’an sebagai sosok yang berakhlak muliah. Selain itu, banyak juga hadits yang menegaskan tentang pentingnya menjaga akhlak sebagai dimensi batin syariah.

12. Konsep Tasawwuf Ibnu Arabi

Menurut beliau, konsep tasawwuf Ibnu Arabi dibangun atas dasar spiritual dan pencapaian Maqam terbaik mulai dari iman, Islam, dan Ihsan. Selain itu, menurut Ibnu Arabi, konsep kewalian merupakan hasil dari kedua tingkatan maqam yaitu maqam ihsan dan cinta yang sesuai dengan nash syariat. Tasawwuf adalah kumpulan akhlaq islami karena syariat tidak hanya mencakup dimensi lahir tapi juga batin. tasawwuf mengajarkan rasa takut, pengharapan, dan ikhlas. Maka, barang siapa yang berhasil melewati tingkatan-tingkatan itu, mereka berhak atas tingkatan cinta. Selain itu, Ibnu Arabi berbicara tentang konsep ketuhanan, cinta, dan kewalian sesuai dengan nash al-Qur’an dan hadits atas prinsip ihsan, bebuat baik semata-mata untuk Allah.

13. Fana dalam pandangan Ibnu Arabi

Seorang yang telah mencapai maqam tertinggi akan meraih ahwal (kondisi) dan itu wajar. Bahkan, Ibnu Taymiyah sendiri dalam majmu’ fatawa mengakui fakta bahwasanya seorang sufi akan mendapatkan kondisi sebgaimana yang ditegaskan Nabi dalam sabdahnya “saya memiliki waktu yang hanya ada untukku dan Tuhanku”.

14. Pendapat Ibnu Arabi bahwa Fir’aun masuk Islam diakhir hayatnya

Dalam kitabnya Fushuh al-Hikam, Ibnu Arabi mengatakan, Fir’aun dinyatkan masuk Islam. Dalil tekstual al-Qur’an menyatakan Fir’aun beriman, namun demikian yang menjadi persoalan apakah iman dan pengakuan Fir’aun tersebut diterimah atau tidak, semua itu terserah Allah. Harus dibedakan pernyataan iman dan penerimaan Iman. Begitu papar Prof. El-Ghourab.

15. Saran bagi pengkaji Ibnu Arabi

Prof. El-Ghourab menyarankan bagi orang yang ingin mengkaji pemikiran Ibnu Arabi tentang tasawwuf, hendaknya mempelajari terlebih dahulu pandangan-pandngannya Ibnu Arabi tentang fikih, hadits, usul fikih, dan tauhid. 14 buku yang ditulis Prof. Dr. Mahmoud El-Ghourab adalah sebagai pengurai karya-karya Ibnu Arabi. Akan tetapi karya-karya tersebut sekedar studi pendahuluan dan enteri kajian atas karangan Ibnu Arabi. Bahkan, karya-karya beliau dikategorikan sebagai ensiklopedia terbesar tentang Ibnu Arabi.

Dijumput dari: http://www.facebook.com/notes/kajian-nun-centre/ibnu-arabi-dalam-pandangan-prof-dr-mahmoud-el-ghourab/149755611732604

Bahasa ยป